Deflasi September Jadi Tanda Daya Beli Masyarakat RI Lesu?

Deflasi September Jadi Tanda Daya Beli Masyarakat RI Lesu?

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 02 Okt 2018 07:37 WIB
1.

Deflasi September Jadi Tanda Daya Beli Masyarakat RI Lesu?

Deflasi September Jadi Tanda Daya Beli Masyarakat RI Lesu?
Foto: Tim Infografis: Kiagoos Auliansyah
Jakarta - Daya beli masyarakat Indonesia kembali dipertanyakan lantaran Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat adanya deflasi pada September 2018.

Deflasi ini terjadi dua kali berturut-turut sejak Agustus dan September 2018. Apakah benar daya beli masyarakat Indonesia melemah?

Simak penjelasan BPS di sini:

BPS mencatat bahwa perkembangan indeks harga konsumen (IHK/inflasi) selama dua kali berturut-turut mengalami deflasi.

Deflasi terjadi berturut-turut Agustus dan September 2018, masing-masing sebesar 0,05% dan 0,18%. Apakah deflasi tersebut menandakan daya beli orang Indonesia lemah?

"Saya lihat nggak ya. Bulan lalu pun saya lebih melihat karena pemerintah jauh lebih siap untuk mengendalikan harga harga," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Senin (1/10/2018).

Keberhasilan pemerintah menjaga tingkat inflasi dikarenakan belajar dari pengalaman sebelumnya.

"Kita selalu belajar dari sejarah ya. Bahwa pada bulan-bulan tertentu itu mengalami kenaikan. Coba perhatikan keadaan Ramadan dan Idul Fitri. Tahun ini sangat terkendali, karena dari awal kita sudah mengantisipasi akan ada lonjakan permintaan," ungkap dia.

Penurunan daya beli masyarakat melemah atau tidak juga bisa terlihat dari inflasi inti di September 2018 yang sebesar 0,28%, sedangkan secara year on year (YoY) sebesar 2,82%, dengan sumbangan ke inflasi keseluruhan sebesar 0,16%.

Namun, Suhariyanto tetap tidak melihat adanya penurunan daya beli melainkan tingkat inflasi yang rendah karena pemerintah berhasil menjaga harga pangan bergejolak.


Kepala BPS Suharyanto mengatakan deflasi terjadi lantaran terjadinya penurunan harga makanan hingga biaya transportasi dan komunikasi.

"Penyebab deflasi September -0,18, menurut pengeluaran pertama bahan makan 1,26%, kedua transportasi, komunikasi deflasi 0,05%. Pengeluaran yang inflasi pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,54% disusul kesehatan," katanya di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (1/10/2018).

Sejumlah bahan makanan yang deflasi 1,26% tersebut di antaranya penurunan harga daging ayam ras, bawang merah, ikan segar yang menyumbang kontribusi sebesar 0,04% terhadap deflasi. Demikian pula beberapa komoditas sayuran dan telur ayam masing-masing 0,03%, dan berbagai komoditas 0,01%, serta bawang merah 0,02%.

Sementara kelompok makanan yang menyumbang inflasi adalah mie, rokok kretek dan filter. Kontribusi inflasinya mencapai 0,29%.

Begitu pula perumahan, air, listrik inflasi 0,21%. Lalu kenaikan upah tukang bukan mandor, upah pembantu Rumah Tangga berkontribusi 0,01%.

BPS mencatat deflasi terjadi di 66 kota. Deflasi tertinggi terjadi di Parepare, Sulawesi Selatan, yang mencapai -1,59%, sedangkan yang terendah di Tegal, Singkawang, Samarinda dan Ternate yakni -0,01%.

Sementara inflasi terjadi di 16 kota. Kota Bengkulu mencatatkan inflasi tertinggi yang sebesar 0,59%, sedangkan yang terendah di Bungo, Jambi, sebesar 0,01%.

"Di perdesaan pun deflasi, tapi lebih dalam," kata Kepala BPS Suharyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (1/10/2018).

Adapun deflasi disumbang oleh terjadinya penurunan harga pada sejumlah bahan makanan, biaya transportasi.

Sejumlah bahan makanan yang turun tersebut di antaranya daging ayam ras, bawang merah, ikan segar, sayuran dan telur ayam.

Suharyanto mengatakan target inflasi yang dicanangkan sebesar 3,5% bakal terpenuhi. Hal tersebut dengan catatan harga bahan makanan saat natal dan jelang tahun baru nanti bisa terkendali.

"Kita masih punya tiga bulan, inflasi akan terkendali sehingga target 3,5% bisa terpenuhi. Biasa, permintaan bahan makanan alami kenaikan karena natal, tahun baru dan liburan. Tapi sampai akhir tahun terkendali," katanya di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (1/10/2018).

Suharyanto menjelaskan perkembangan inflasi sepanjang tahun ini juga jauh lebih rendah dibandingkan tahun kalender 2017 dan juga 2016.

"Jadi sekali lagi dengan deflasi 0,18%, yoy 2,88% kita harapkan 3 bulan ke depan tetap terkendali," katanya.

Hide Ads