Mentan Hitung Potensi Beras dari Lahan Rawa Capai 60 Juta Ton

Mentan Hitung Potensi Beras dari Lahan Rawa Capai 60 Juta Ton

Moch Prima Fauzi - detikFinance
Selasa, 06 Nov 2018 17:00 WIB
Ini Penampakan Lahan Rawa untuk Pertanian di Kalsel/Foto: Istimewa/Kementan
Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebutkan potensi lahan rawa di Indonesia sangat luas yakni mencapai 34,1 juta hektare. Lahan rawa ini tersebar di 18 provinsi dan 300 kabupaten. Dari total luas tersebut, potensi untuk pengembangan pertanian seluas 21,82 juta hektare atau 64 persen.

"Apabila digarap 10 juta hektar saja yang tersebar di Sumsel, Kalsel, Jambi dan Kalbar, ditanam minimal dua kali setahun, dengan produktivitas 6 ton per hektar, akan menghasilkan padi 120 juta ton setara 60 juta ton beras. Beras surplus bahkan bisa memasok kebutuhan dunia," terang Amran, Selasa (6/11/2018).

Amran menjelaskan pemanfaatan lahan rawa harus dengan prinsip sustainable agriculture, dikerjakan dengan full mekanisasi dan pola mina padi sehingga dapat menghemat Rp 15 juta per hektar, dari biaya cetak sawah Rp 19 juta menjadi Rp 4 juta per hektar. Pemerintah kabupaten mendukung biaya bahan bakar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Produktivitas dulu 2 ton per hektare umur 6 bulan, sekarang menjadi 6 ton per hektare. Bahkan bisa ditanam padi 3 kali setahun produktivitas 8,3 ton per hektar, hasilnya 250 juta ton setara Rp 1.134T. Produksi ini mampu memasok pangan dunia," jelas Amran.


Sementara itu Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) saat ini tengah menyusun rancangan Peraturan Presiden (Perpres) mengenai Lahan Sawah Abadi.

Perpres ini diperlukan untuk menjaga luas lahan baku sawah nasional yang telah menyusut 9% dalam lima tahun terakhir menjadi hanya 7,1 juta hektare.

"Kita tahu sawah begitu mudah berubah fungsi jadi perumahan, apartemen, SPBU, industri. Perpres ini akan menjawab itu, (mencegah) alih fungsi", jelas Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Kementerian ATR, Budi Situmorang.

Momentum Hari Pangan di Lahan Rawa

Sebelum pembahasan Perpres Lahan Sawah Abadi, upaya menjaga Ketahanan pangan nasional terus dilakukan. Pada peringatan Hari Pangan Nasional (HPS) ke-38 di Kalimantan Selatan baru-baru ini, Perwakilan Food and Agriculture Organization (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Stephen Rudgard, memberi penghargaan atas upaya Pemerintah Indonesia.

Kementan dinilai melakukan terobosan baru dengan membangun kantong penyangga pangan nasional dari lahan rawa. Sebagai jawaban atas tantangan berkurangnya lahan pertanian produktif, dan pertambahan jumlah penduduk ditambah dengan meningkatnya urbanisasi dan perubahan permintaan konsumen.

"Pemanfaatan lahan rawa ini sangat penting untuk memberikan makan populasi yang terus berkembang. Namun lebih penting lagi untuk memiliki pendekatan pertanian yang berkelanjutan dalam berbagai intervensi pertanian," ujar Stephen pada pembukaan puncak Peringatan HPS di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Kamis (18/10/2018) lalu.

Tidak Sebatas Seremoni

Direktur Eksekutif Petani Centre Entang Sastraatmaja melihat positif potensi sawah rawa di Kalimantan Selatan dalam acara Peringatan Hari Langam Sedunia sangat besar. Ia mengingatkan agar dilakukan pembinaan dan dijaga keberlanjutannya.

"Agar jangan hanya saat seremoni saja. Jangan sampai satu bulan kita balik lagi ke Jejamgkit suasananya sudah lain dengan ketika Pak Menteri hadir di sana", harap Entang.

Pada penutupan acara HPS di Halaman Kantor Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Ahad (21/10/2018) lalu Gubernur Kalsel Sahbirin Noor menegaskan, peringatan HPS ke 38 tahun 2018 tidak berhenti pda seremoni. Ada keberlanjutan dalam menggerakkan sektor pertanian di Kalsel.

"Kemarin pak Menko Perekonomian dan pak Mentan mengatakan kepada saya, bahwa pemanfaatan lahan rawa lebak ini akan terus dikawal hingga tiga tahun ke depan" jelasnya.


Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Pending Dadih Permana menambahkan, pengembangan lahan rawa tidak hanya menyelesaikan pekerjaan fisik saja. Tetapi juga pengembangan manusianya. Ini karena kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penentu keberlanjutan optimalisasi lahan.


"Tiga tahun ini kami ingin mendampingi dan memastikan bahwa kegiatan budi daya berjalan dengan baik," ucap Pending

Pending menjelaskan, salah satu cara pendampingan adalah melalui penyuluhan. Lewat penyuluhan diharapkan masyarakat bisa mengelola lahan rawa menjadi satu kluster yang menguntungkan untuk kegiatan usaha tani.

(ega/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads