Kekhawatiran tersebut masih menghantui perusahaan di Inggris dan akan diantisipasi.
"Kami menghindari dari tidak adanya kesepakatan pada Maret 2019 karena ini berdampak ke kenaikan harga yang lebih tinggi dan mengurangi ketersediaan banyak produk sehari-hari," kata Helen Dickinson, Kepala Eksekutif Grup Industri.
Perusahaan manufaktur utama juga mendukung munculnya kesepakatan terjadinya Brexit.
"Kita perlu membuat kesepakatan ini berhasil. Yang kita butuhkan adalah kepastian," kata Juergen Maier, CEO Inggris dari raksasa rekayasa Jerman Siemens (SIEGY).
Kesepakatan itu mencakup periode transisi di mana sebagian besar aturan perdagangan untuk perusahaan di Inggris tetap sama. Kesepakatan disebut telah dicapai pada perdagangan jasa keuangan, dan kerja sama yang luas pada transportasi dan energi.
Akan tetapi iklim usaha juga diminta untuk mempersiapkan skenario di mana kesepakatan itu gagal.
"Kami masih mendesak dunia usaha untuk terus mempersiapkan skenario jadi atau tidaknya kesepakatan tersebut," kata Andrew Gray, Kepala Brexit di PwC.
Kesepakatan Brexit masih dihadapkan pada syarat keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan belum jelasnya hubungan perdagangan masa depan antara Inggris dan mitra dagang terbesarnya setelah masa transisi.