"Ekspor kita sekarang pertumbuhannya paling 7-8%, impornya 22%. Tewas ya kan. Maksud saya ini nggak seimbang, kenapa? karena industrinya tidak kuat," kata Darmin di Seminar 'Indonesia Economic Outlook 2019 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Darmin menyadari bahwa basis industri dalam negeri masih lemah sehingga pertumbuhan ekspor lambat, serta pemenuhan kebutuhan dalam negeri masih bergantung impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, biang kerok yang membuat jomplangnya impor dengan ekspor adalah impor bahan baku barang setengah jadi. Baru kemudian disusul barang modal dan barang konsumsi.
"Kita lihat struktur impor kita kira kira 70-75% bahan baku barang setengah jadi, 15% barang modal, 10% barang konsumsi," jelasnya.
Jika dirincikan lagi ada 3 komoditas terbesar yang impornya paling tinggi. Pertama adalah besi dan baja, mulai dari hulu sampai hilir. Kedua adalah kelompok petrokimia, mulai dari PVC, plastik, poliester, hingga obat-obatan. Ketiga adalah basic chemical.
Untuk bisa menyeimbangkan antara ekspor dan impor, menurut Darmin industri bahan baku di dalam negeri harus digenjot.
"Kalau mau survive, bahan baku yang harus didorong," tambahnya.
Tonton juga 'Blak blakan Mentan: Perang Lawan Mafia Impor':