Ada Perdagangan Ikan Rahasia, Susi: Saya Hampir Hantam Kepala ke Tembok

Laporan dari Monaco

Ada Perdagangan Ikan Rahasia, Susi: Saya Hampir Hantam Kepala ke Tembok

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Jumat, 07 Des 2018 10:04 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Monaco - Ikan karang hidup (live reef fish) jadi salah satu faktor penting dalam kesehatan ekosistem karang. Jika perdagangan ikan seperti kerapu dan kakap cs ini tidak diatur maka bisa berbahaya.

Bisnis ikan karang hidup ini tidaklah kecil. Menurut Science and Conservation of Fish Aggregations nilanya mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun per tahun.

Pembeli utama ikan karang seperti kerapu dan napoleon cs ini adalah Hong Kong dan China. Ikan-ikan tersebut nilainya menjadi sangat tinggi karena tingkat permintaan yang terus tumbuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti mengajak negara-negara dunia untuk mulai sadar dan mengatur perdagangan ikan ini supaya tidak merusak ekosistem laut.

"Perdagangan ikan ini ada yang sangat rahasia. Saya hampir hantamkan kepala ke tembok untuk bereskan ini," kata Susi dalam pertemuan Coral Reef Initiative (ICRI) yang diselenggarakan di Club Yacht Monaco, Monaco, Kamis (6/12/2018).


Permintaan akan ikan karang hidup ini bermula di Hong Kong pada tahun 1970-an. Masuk ke tahun 1980-an meluas hingga ke Asia Tenggara dan sejak tahun 1990-an sampai sekarang sudah sampai ke China.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan saat ini ada 20 perusahaan yang jadi eksportir ikan karang hidup.

Sayangnya, dari 20 eksportir itu hanya satu perusahaan yang sudah mengikuti aturan dengan baik. Beberapa lokasi tempat menangkap ikan karang hidup ini di antaranya Kendari, Batam, Padang, dan lain-lain.

"Ikan-ikan ini termasuk ikan eksotis. Jadi kita tidak akan melarang, tapi akan diatur lebih ketat dan menguntungkan semua pihak," kata pria yang akrab disapa Tyo itu.

Pasalnya, nelayan yang menangkap ikan karang hidup ini hanya kebagian 10% saja dari nilai tersebut. Sementara importir di Hong Kong kebagian 5%.


Lalu siapa yang mendapat keuntungan paling besar? Jawabannya adalah eksportir dan restoran.

Eksportir yang membawa ikan dan menjualnya ke peritel di Hong Kong ini kebagian 35% dari total nilai dagang, dan yang terbesar adalah restoran serta peritel ini yang menjualnya ke konsumen mendapat jatah 50% dari total nilai perdagangan. (ang/dna)

Hide Ads