Akhirnya Barang RI ke Eropa Bebas Bea Masuk, Mendag: Nego 8 Tahun

Akhirnya Barang RI ke Eropa Bebas Bea Masuk, Mendag: Nego 8 Tahun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 16 Des 2018 21:27 WIB
Foto: Danang Sugianto
Jakarta - Indonesia telah mencapai kesepakatan perdagangan bebas dengan European Free Trade Association (EFTA) yang terdiri dari Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia. Butuh 8 tahun agar kesepakatan itu bisa tercapai.

"Jadi ini perjalanan 8 tahun, kita melihat negara EFTA ini punya potensi yang besar dari sisi investasi di kita, karena CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) bukan hanya trade tapi yang disebut CEPA lengkap, ada investment, services itu sangat lengkap," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di kantornya, Minggu (16/12/2018).

Enggar menerangkan, proses negosiasi berjalan alot karena mereka menahan produk sawit Indonesia. Indonesia pun mengambil langkah dengan menahan salmon untuk masuk Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan untuk itu saya juga menahan salmonnya dari Norwegia terutama. Kemudian Menteri Schneider Ammann sebagai koordinator EFTA menjembatani hal tersebut. Itu proses yang cukup capek, cukup panjang. Saya bilang OK kita taruh dulu di pinggir, proses dulu bicara yang lain," jelasnya.


"Nah sambil berjalan itu, kita juga meminta mereka untuk membuka young profesional dalam artian kita bisa mengirimkan orang untuk dilatih di sana dan itu tidak mudah, karena untuk negara maju, dan penduduknya tidak besar itu memberikan training pada skill labor itu menjadi nilai lebih dari mereka. Tapi akhirnya mereka bisa menyetujui, karena kalau tidak siapa yang mempromosikan produk mereka," jelasnya.

Kembali soal sawit, Enggar mengatakan, dirinya tak akan mundur dan berusaha agar produk sawit masuk ke negara tersebut. Enggar pun sempat mengancam jika sawit tak diterima lebih lebih baik agar perundingan yang sudah lama berjalan untuk dilupakan.

"Saya bilang perjalanan sudah sekian banyak anda diuntungkan sekian, saya diuntungkan sekian, dua-duanya saling menguntungkan, kalau anda tidak buka sawit kita ya sudah kita lupakanlah apa yang kita jalankan ini," ujarnya.


Enggar menerangkan, bagi Indonesia, sawit begitu penting karena sebanyak 16,5 juta orang bergantung padanya. Menurutnya, jika bicara soal keberlanjutan dan deforestasi atau penghilangan hutan maka mesti dihitung dengan parameter yang sama. Sebab, minyak nabati yang lain juga menyebabkan penghilngan hutan.

"Proses ini sampai diadakan pembicaraan di Madrid, mereka lakukan seminar, sampai pada satu titik kesimpulan bahwa dengan kriteria yang tentu konsultasi stakeholder maka akses sawit ke Norwegia bebas. Untuk itu silakan salmon masuk," tutupnya. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads