Jelang Natal dan Tahun Baru, Bahan Pangan Apa Saja yang Naik Harga?

Jelang Natal dan Tahun Baru, Bahan Pangan Apa Saja yang Naik Harga?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 23 Des 2018 08:05 WIB
Jelang Natal dan Tahun Baru, Bahan Pangan Apa Saja yang Naik Harga?
Puti Aini Yasmin
Jakarta - Jelang Natal dan Tahun Baru beberapa harga pangan di pasar merangkak naik. Beberapa diantaranya bahkan naik sebesar Rp 5.000 dari harga awalnya.

Mulai dari daging sapi hingga jengkol, semua kompak naik harganya. Makin dekat hari raya justru harga makin meroket.

Bahkan beberapa komoditas sudah merangkak naik sejak awal Desember. Banyak pedagang memprediksi harga masih akan terus naik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sabtu (22/12/2018) kemarin, detikFinance memantau harga pangan di pasar. Bagaimana hasilnya? Simak rangkumannya disini.
Daging sapi mengalami kenaikan sebesar Rp 5.000-Rp 7.000 per kg sejak awal Desember. Kini untuk perkilo daging sapi harga tertingginya mencapai Rp 130.000.

"Naik udah dua minggu ini, banyakan naik Rp 5.000 sampe Rp 7.000 belakang ini. Biasa lah makin deket sama Natal dan Tahun Baru," kata Jamal salah satu pedagang daging di Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Menurut Jamal harga daging sapi bagian paha hingga kini telah menyentuh angka Rp 130.000 per kg dari harga awalnya Rp 124.000 per kg. "Awal bulan mah sekitar Rp 122.000 - 124.000-an, sekarang ya naik kenceng," katanya.

Untuk daging sapi murni sendiri harganya telah menyentuh Rp 127.000. "Kalau daging murni awalnya Rp 115.000-an per kg, terus sempet naik jadi Rp 120.000 per kg. Sekarang kisaran Rp 127.000 per kg," kata Jamal.

Jamal juga memprediksi harga daging sapi masih bisa terus melambung. Menurutnya, daging sapi masih bisa naik sekitar Rp 1.000-2.000 mendekati Natal dan Tahun baru.

"Seribu dua ribu lagi mah bisa naik. Cepet emang naiknya, ini juga udah banyak yang protes, cuma ya bagaimana, memang kami dapetnya harga segitu," ungkap Jamal.

Salah satu pedagang telur ayam di Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan, Saiun mengatakan, saat ini harga telur sudah naik sekitar Rp 3.000 per kg. Kini telur ayam harganya mencapai Rp 26.000 per kg.

"Harusnya Rp 23.000 kalau normal, cuma ini udah dua minggu naik. Saya sempat juga jual Rp 25.000 per kg, sekarang saya jual Rp 26.000 per kg," kata Saiun.

Menurutnya kenaikan harga telur memang cepat terjadi apalagi mendekati hari-hari besar. Bahkan pernah kenaikan harga hingga dua kali dalam sehari, sekali naik bisa mencapai Rp 500/kilo.

"Kalo telur mah cepat memang, sering itu sehari bisa dua kali naik, naik Rp 500 pagi sorenya Rp 500 lagi. Giliran turun lama, paling Rp 200 doang," kata Saiun.

Meski begitu, kata Saiun, harga telur juga tergantung dari asal daerahnya. Telur yang berasal dari Blitar lebih murah yakni sekitar Rp 24.000-25.000 per kg. Namun, dia hanya menjual telur dengan kualitas yang lebih baik, yaitu telur dari Sumatera.

"Kalau dari Blitar bisa murah, saya sih jual yang dari Sumatera. Kalau Blitar suka kotor telurnya," kata Saiun.

Saiun juga menjual telur puyuh dan telur ayam negeri. Menurutnya, harga kedua telur tersebut stabil.

"Ya kalo telur puyuh sama telur ayam negeri mah stabil aja sih harganya. Kalo telur puyuh Rp 33.000 per kg, kalo telur ayam negeri saya jual satuan, satunya Rp 2.500," kata Saiun.

Sudah sekitar seminggu ini harga jengkol mulai merangkak naik di pasar. Jelang natal dan tahun baru harga jengkol tembus Rp 30.000 per kilogram (kg).

Harga jengkol hingga kini telah naik Rp 5.000 per kg, dari yang awalnya hanya Rp 25.000 per kg menjadi Rp 30.000 per kg.

Menurut Warjinem salah satu pedagang sayur di Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan, harga jengkol naik karena sedikitnya pasokan jengkol di pasar. Jengkol yang dia jual kebanyakan dari Sumatera.

"Iya dari jengkol yang dari Sumatera lama ngirim ke sininya, apalagi mau tahun baru. Jadi ya ini karena barang sedikit jadi naik," kata Warjinem.

Menurut Warjinem, ada dua asal jengkol yang banyak di pasar. Selain dari Sumatera, ada juga yang dari Jawa. Sayangnya hasil panen jengkol di Jawa kurang produktif.

"Ya kalau dari Jawa itu dikit karena lahannya tidak bagus, kalau di sini lagi susah di Sumatera malah panen terus. Tapi ya kalau Sumatera itu lama ngirimnya," ungkap Warjinem.

Meski jengkol mengalami kenaikan harga, pete harganya masih stabil. Hingga kini pete dijual seharga Rp 30.000 per ikat, satu ikatnya memiliki 100 batang pete.

Jelang Natal dan Tahun Baru, beberapa harga sayuran ikut mengalami kenaikan. Kenaikan yang paling tinggi adalah cabai rawit merah yang tembus ke Rp 50.000 per kilogram (kg).

Harga cabai rawit merah itu naik Rp 10.000 per kg dari harga sebelumnya Rp 40.000 per kg.

Selain cabai merah yang kenaikan harganya paling tinggi adalah wortel. Sayuran itu harganya naik hingga sebesar Rp 8.000 per kg dari Rp 12.000 per kg menjadi Rp 20.000 per kg.

"Sudah sebulan wortel mahal. Emang lagi susah juga barangnya makanya mahal," kata Warjinem.

Terakhir, ada bawang merah yang juga naik harganya jelang Natal dan Tahun Baru. Hingga kini, bawang merah telah naik sebesar Rp 5 ribu per kg, dari Rp 25 ribu per kg kini mencapai Rp 30.000 per kg.

"Kalau barang lain ya naik Rp 1.000-2.000. Naik turun kaya biasa sayuran mah," ungkap Warjinem.

Hide Ads