Saat Sri Mulyani Minta Milenial Kurangi Jajan Kopi

Kaleidoskop 2018

Saat Sri Mulyani Minta Milenial Kurangi Jajan Kopi

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Kamis, 27 Des 2018 08:15 WIB
Saat Sri Mulyani Minta Milenial Kurangi Jajan Kopi
Foto: Wisma Putra
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta agar generasi muda atau milenial mampu mengurangi konsumsi kopi. Hal itu dilakukan agar mereka bisa menyisihkan uang ke dana pensiun.

Seperti diketahui, saat ini kaum milenial banyak menghabiskan uangnya untuk membeli kopi di kafe-kafe dengan biaya menengah ke atas.

Padahal, kata Sri Mulyani, uang tersebut bisa dialokasikan ke dana pensiun. Maka dari itu dibutuhkan pengelolaan dana yang memahami milenial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikFinance, ini ulasan permintaan SriMulyani yang ramai dibahas pada bulan September 2018 dengan mengklik selanjutnya.
Sri Mulyani mengingatkan pentingnya menyiapkan dana pensiun bagi generasi milenial. Dia menilai generasi milenial perlu mengurangi jajan kopi untuk disisihkan ke dana pensiun.

Sri Mulyani menyebut generasi milenial adalah kalangan yang berorientasi pada experience atau pengalaman. Hingga tua pun mereka membutuhkan itu, sehingga harus menyiapkan dana saat pensiun.

"Kalau mereka mau experience, sampai tua pengen experience terus. Kalau butuh experience tapi butuh resource? Itu lah kita mulai masuk, sisihkan uang kopi kamu yang tadinya setiap hari jadi dua hari sekali. Sisanya bikin sendiri di rumah," katanya dalam Seminar Nasional Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Namun, hal itu perlu jadi perhatian oleh pengelola dana pensiun. Mereka memiliki peran untuk mengedukasi dan mensosialisasikan ke generasi milenial pentingnya menyiapkan dana pensiun.

"Sehingga ini masa yang penting dan strategis bagi pengelola dana pensiun melakukan sosialisasi dan edukasi dana pensiun secara masif. Mumpung masih muda, himpun dana pensiun dari sekarang. Jangan sampai ngumpulin dana pensiun dua tahun sebelum pensiun," katanya.

Menurut Mantan Direkrut Pelaksana Bank Dunia itu, pengelola dana pensiun harus punya strategi bagaimana masuk ke dunia milenial yang memiliki beberapa karakteristik, yakni kreatifitas, confidence, dan kreatif.

Dengan memanfaatkan karakteristik tersebut, pengelola dana pensiun harus bisa meyakinkan milenial soal perencanaan hidup ke depan, bagaimana mereka bisa responsif terhadap masa depan, dan masa sesudah pensiun.

"Harusnya kita memikirkan how you connect to millenial generation. Generasi milenial yang ada tiga karakteristik dalam hal ini creative, connected dan confidence," tambahnya.

Sempat disindir Sri Mulyani, seberapa pentingnya punya dana pensium untuk milenial?

Perencana keuangan Zap Finance Prita Hapsari pun memiliki cara agar milenial mau ikut program dana pensiun. Pertama, kata Prita, para milenial harus menganggap bahwa program tersebut penting.

"Karena saat sudah pensiun nggak ada penghasilan lagi," kata Prita saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Kedua, kata Prita, para milenial tidak lagi mengedepankan gaya hidup. Khususnya para milenial yang baru memiliki penghasilan. Seperti halnya mengurangi jajan kopi yang dalam waktu satu hari bisa berkali-kali.

"Jangan semua gaji dihabiskan untuk lifestyle kekinian seperti ngopi-ngopi," ungkap dia.

Pendapatan yang disisihkan tersebut, kata Prita bisa mulai dialihkan ke program dana pensiun. Misalnya, menyisihkan dana Rp 50.000 per bulan dengan membuka tabungan berjangka atau reksa dana.

Prita menganggap, masih banyaknya kaum milenial yang belum masuk pada program dana pensiun karena memilih menyisihkan penghasilan untuk kebutuhan hidup lainnya dan belum menganggap hal tersebut belum terlalu penting.

"Mungkin belum merasa penting karena banyak tujuan keuangan lain yangg dinilai lebih prioritas seperti dana nikah, beli rumah, dan lainnya," ungkap dia.

Sri Mulyani mengatkan, uang jajan dalam satu hari yang biasa untuk minum kopi sekitar Rp 50.000 itu bisa lebih bermanfaat jika dialihkan ke dalam program dana pensiun.

Bahkan, menurut Perencana Keuangan Aidil Akbar menyebut jika konsisten menabung Rp 50.000 per hari dalam jangka waktu yang panjang bisa menjadi miliarder.

"Banyak banget manfaatnya kalau nabung sehari Rp 50.000, satu bulan saja sekitar Rp 1,5 juta, setahun sekitar Rp 18 juta," kata Aidil saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Dia menjelaskan, jika seorang milenial menabung Rp 50.000 terhitung pada usia 25 tahun atau awal merintis karir hingga usia 55 tahun atau pensiun maka durasi menabung konsisten selama 30 tahun, itu hasilnya sekitar Rp 547.500.000. Jika durasinya menabung lebih lama lagi tidak menutup kemungkinan bisa menjadi miliarder.

Menurut Aidil, bisa juga memanfaatkan dana tabungan tersebut untuk diinvestasikan ke beberapa instrumen investasi dengan risiko yang rendah.

"Jadi sebenarnya hampir sama kasusnya seperti orang yang berhenti merokok, yang biasa sehari dua bungkus terus uangnya ditabung selama satu tahun dapat beli motor," ungkap dia.


Perencana keuangan, Risza Bambang menjelaskan yang paling utama dalam mengatur keuangan adalah memiliki perencanaan. Jadi seperti menyiapkan pos-pos keuangan setiap bulannya.

Menurut Risza ini sangat penting karena perencanaan yang baik dan pelaksanaan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.

"Anggaran ini akan jadi alat untuk pengingat diri sendiri dalam membelanjakan uang," kata Risza saat dihubungi detikFinance, Kamis (27/9/2018).

Dia mengungkapkan, sama halnya dengan membeli kopi dan uang pensiun, harus memiliki perhitungan dana tertentu. Risza mencontohkan untuk beli kopi bisa dianggarkan 3 kali dalam satu minggu. Jadi tidak benar-benar penuh 7 hari dalam satu minggu.

"Apalagi jika milenial ini memiliki tujuan keuangan tertentu di masa depan yang ingin dia capai. Misalnya mau beli laptop tapi dua tahun lagi, kan harus dihitung anggarannya butuh berapa setiap bulannya," kata dia.

Risza mengungkapkan dengan rencana tersebut pasti milenial memiliki keinginan untuk mengurangi frekuensi rekreasi misalnya beli kopi 3 kali dalam satu minggu. Keinginan tersebut akan membuat lebih hemat karena ingin mempercepat penambahan nilai tabungan untuk kepemilikan laptop.

Selain itu, dana yang dimiliki juga bisa dimasukkan ke tabungan atau investasi yang memberikan bunga yang cukup tinggi dengan risiko yang kecil Sehingga akan mempercepat pembelian laptop dari rencana awal.

Milenial juga harus lihai dalam mencari promosi penjualan, misalnya kredit tanpa uang muka dalam 1 atau 2 tahun, ini adalah peluang untuk mengoptimalisasi penghematan anggaran menjadi cicilan pembelian sehingga tak perlu menunggu 2 tahun.

"Namun hal ini hanya direkomendasikan bagi pribadi yang sudah mampu menguasai atau mengelola keinginan membelanjakan anggaran, jika tidak maka justru akan menambah beban pengeluaran yang akan merusak perencanaan keuangan," ujarnya.

Hide Ads