Sapi-sapi milik Dadang Setiawan petani buah naga di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi ini dengan lahap menyantap buah naga.
"Sudah satu bulan ini kita pakai untuk pakan ternak. Ya karena tidak laku," ujar Dadang Setiawan, kepada detikcom, Selasa (22/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadang berharap anjloknya harga buah naga segera berakhir. Karena kondisi ini memukul perekonomian keluarganya yang nota bene petani buah naga.
"Harganya cuma satu ribu. Ya kami harap bisa naik lagi hingga Rp 5 rihu hingga Rp 7 ribu stabil kayak dulu," pungkasnya.
Sementara itu, Fauzi mengaku tak bisa berbuat banyak dengan kondisi anjloknya buah naga ini. Saat ini, pengepul buah naga tidak lagi mengambil panen buah naga di wilayahnya. Dengan terpaksa, dirinya memanen buah naga namun dibuang di selokan kebun.
"Kita buang di selokan kebun biar menjadi pupuk lagi. Sebagian juga kita bawa buat pakan sapi di rumah. Kalau kebanyakan ya kita buang di sungai," tegasnya.
Menurut Fauzi, kondisi panen raya uji seperti buah simalakama. Jika tidak dipanen, tanaman buah naganya akan rusak. Sementara harga jual buah naga hanya berkisar Rp 1.500 hingga Rp 2.000 rupiah.
"Mau tidak mau kita panen. Karena jika tidak akan merusak tanaman buah naga," pungkasnya.