Hasil survey itu menunjukkan bahwa dari 68% responden yang menginginkan masa tua yang nyaman, hanya 30% yang telah sadar dan tergerak untuk mulai berinvestasi untuk masa pensiun mereka.
Karena kesadaran untuk persiapkan masa pensiun yang masih rendah, banyak dari masyarakat Indonesia yang justru masih mencari nafkah saat pensiun. Padahal sewajarnya masa pensiun dihabiskan untuk bermain dengan cucu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan kata Head of Wealth Management PT Bank HSBC Indonesia Steven Suryana, ada responden yang justru mengharapkan pemasukan di masa pensiun dari anak-anaknya.
"Yang juga mengkhawatirkan adalah lebih dari 3/4 responden usia kerja mengharapkan anaknya akan membantu mereka di masa pensiun, sedangkan kenyataannya saat ini hanya kurang dari 1/3 responden usia pensiun menerima bantuan dari anaknya," tuturnya di On Three, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Sementara itu, beberapa sumber dana lain yang diharapkan menopang masa pensiun seperti tunjangan dari tempat kerja, atau tabungan akan semakin berkurang seiring dengan bertambah tua usia.
Oleh karena itu Steven menjelaskan pentingnya untuk memvisualisasikan masa pensiun kelak sedari sekarang. Dengan memiliki visi masa pensiun yang jelas, bersama mitra keuangan yang tepat, persiapan pensiun dapat dilakukan dengan efektif, menggunakan beragam instrumen yang sesuai dengan profil risiko yang kita miliki.
"Kesadaran akan kebutuhan realistis di hari tua dapat memulai percakapan yang penting untuk perencanaan pensiun. Yang pasti, semakin dini kita mempersiapkan diri, semakin bisa kita mewujudkan mimpi menjadi crazy rich retiree di Indonesia," tegasnya.
Future of Retirement merupakan studi yang dilaksanakan oleh HSBC global terhadap 17,405 orang di 16 negara. Di Indonesia, survei ini direspon oleh 1.050 responden yang terdiri dari mereka yang usia produktif dan pensiun.
Simak juga video 'Kisah Pensiunan Guru di Cianjur yang Kini Rawat ODGJ':
(das/ang)