Neraca Dagang Masih Defisit karena Proyek Infrastruktur dan Impor Migas

Neraca Dagang Masih Defisit karena Proyek Infrastruktur dan Impor Migas

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 28 Feb 2019 17:07 WIB
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Defisit neraca perdagangan masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Defisit disebabkan tingginya impor barang modal dan bahan baku penolong.

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan, impor barang modal dan bahan baku penolong merupakan konsekuensi dari pembangunan infrastruktur yang sedang digenjot pemerintah.

"Kenaikan impornya adalah untuk barang modal dan barang penolong. Barang konsumsi sekitar 8%. Kenapa terjadi? itu konsekuensi pembangunan infrastruktur," kata Oke dalam acara diskusi bersama Kadin di JS Luwansa, Jakarta, Kamis (28/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Oke menjelaskan, sepanjang 2018, impor barang modal hampir mencapai 20%, bahan baku penolong 72%. Sedangkan impor barang konsumsi hanya memegang porsi 8%. Ekspor tersebut, lanjut Oke adalah berupa besi dan baja yang dipakai untuk proyek infrastruktur.

Di samping untuk pembangunan infrastruktur, impor tersebut juga dilakukan untuk menopang sektor industri pengolahan dan pertambangan.

"Untuk penuhi kebutuhan dalam negeri dalam rangka pembangunan infrastruktur, pertambangan dan industri seperti alat berat dan permesinan," paparnya.


Oke juga menyebut komoditas migas, khususnya bahan bakar solar masih menyumbang defisit. Di samping karena tingginya impor, juga terjadi penurunan produksi migas.

"Terjadi lonjakan defisit migas karena penurunan produksi minyak dalam negeri, impor solar untuk industri, dan dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia," tambahnya. (ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads