-
Bisa jalan-jalan sambil belanja gratis, siapa yang tak mau? Hal inilah yang biasa dilakukan oleh para pelaku bisnis jastip atau jasa titip yang lagi ngetren di kalangan milenial.
Apa sih Jastip? Jastip merupakan peluang usaha untuk membelikan barang pesanan yang diminta oleh pengguna jasa. Biasanya, Jastip memanfaatkan teknologi atau media sosial untuk menawarkan jasa pembelian barang.
Bisnis ini sedang cukup booming seiring perkembangan digital. Dengan hanya bermodal smartphone dan beragam aplikasi media sosial, binis Jastip sudah bisa dijalankan.
Penasaran mengetahui lebih dalam seperti apa bisnis Jastip ini berjalan hingga berapa keuntungannya? Simak berita lengkapnya.
Dila, bukan nama sebenarnya, sudah sekitar tiga tahun menjalani usaha jasa titip alias Jastip. Dari usahanya itu, dia bisa jalan-jalan dan belanja gratis bahkan sampai ke luar negeri.
Perempuan asal Bandung, Jawa Barat itu mengatakan bahwa dalam menjalani usaha Jastip itu, dia kerap belanja gratis saat jalan-jalan ke luar negeri. Hal itu dia dapatkan dari keuntungan yang ditariknya dalam usaha Jastip.
"Misalnya lagi Liburan ke Singapura, Malaysia. atau Misalkan pas lagi nonton konser Coldplay di luar ya sekalian buka Jastip," kata Dila kepada detikFinance.
Dila menjelaskan, usaha Jastip ini bisa sangat menguntungkan asalkan dijalani dengan rutin. Namun bagi Dila, usaha Jastip ini bukan sebagai mata pencaharian yang utama. Walau begitu, dia bisa belanja gratis di luar negeri, bahkan masih membawa sedikit keuntungan saat pulang ke rumah.
"Jadi misalnya jeleknya kalau saya berangkat, profitnya itu cuma buat jajan di sana, jadi saya belanja gratis nggak pake modal. Jadi pulang, nggak bawa profit dengan nominal besar, tapi minimal saya bisa jajan dibeliin orang," cerita Dila.
Dia juga mengatakan, bahwa usaha Jastip yang dijalaninya banyak dalam bentuk 'live shopping', maksudnya, saat dia belanja dan menemukan barang-barang unik dia langsung menawarkan ke pengguna jasa.
Selain konsep 'live shopping', Dila juga menerima pesanan langsung dari pengguna jasanya. Tapi, untuk yang satu ini dia harus melakukan perhitungan dengan baik agar tak rugi.
"Minta tolong tergantung kuantitas, karena sekarang udah benar-benar perlu merasa dapat profit dari situ juga. Jadi benar-benar harus dipertimbangkan minimal harus nutup modal untuk berangkat," jelasnya.
Tak jauh berbeda dengan Dila, Rina, yang juga bukan nama sebenarnya, juga kerap jalan-jalan ke luar negeri untuk usaha Jastip-nya. Bedanya, Rina pernah diminta untuk ke luar negeri karena permintaan khusus dari kerabatnya untuk membelikan barang.
"Jadi saya pernah disuruh ke luar negeri untuk belanja barang, waktu itu ke Singapura kalau nggak salah. Nah itu saya jalan-jalan gratis sekalian, terus bisa belanja gratis juga di sana, asyiknya di situ" katanya.
Rina juga mengatakan, si pengguna Jastip tersebut awalnya memang tak memberikan modal untuk pergi ke Singapura tersebut. Namun, saat kembali dan membawa barang yang diinginkan pengguna jasa, semua modal yang dikeluarkan Rina untuk belanja, termasuk tiket pesawat tersebut diganti oleh pengguna jasa itu.
"Jadi saya berangkat terus belanja ke Singapura waktu itu awalnya pakai modal sendiri dulu. Awalnya agak ngeri juga takut nggak diganti, tapi karena ini kerabat lah istilahnya, dan saya kenal orangnya, akhirnya benar saja diganti semua pas pulang, termasuk tiket pesawat juga," cerita Rina.
Menjalani usaha jasa titip alias Jastip memang asyik untuk dijalani. Selain bisa jalan-jalan, pelaku Jastip juga bisa mendapat pundi-pundi rupiah.
Tapi ternyata, usaha Jastip tersebut kadang membutuhkan modal besar untuk bisa membelanjakan orang. Seperti yang dialami oleh Dila.
Dila mengaku, pernah habis belanja sampai Rp 100 juta untuk orang lain. Saat itu, ia membuka Jastip ke Singapura. Barang-barang yang dibelinya pun beragam.
"Pernah yang terbesar itu saya belanjain sampai Rp 100 juta. (Barangnya) macam-macam, bukan cuma satu barang. Bagasi saja sampai hampir 60 sampai 80 kilogram kalau nggak salah. 4 koper-an kayanya waktu itu," kata Dila.
Dengan jumlah belanjaan sebanyak itu, Dila mengaku agak sedikit was-was dengan pemeriksaan pihak Bea Cukai. Tapi untungnya dia bisa lolos dari pemeriksaan.
"Sampai sekarang pun saya suka takut-takutan. Ya kan emang sebenarnya harus ada lapor kan, nah itu saya yang nggak lapor karena kan barangnya juga receh, misalnya sepatu yang satu-dua jutaan. Itu ada trik-triknya lah," kata dia.
Dari Jastipnya saat itu yang menghabiskan biaya Rp 100 juta, Dila mengaku mendapat keuntungan sebesar 10-15% dari seluruh modal yang dikeluarkan.
"Jastip ini tuh kira-kira saya bisa dapat 10-15% dari modal, dari semua yang saya belanjain. Itu saya dapat 10-15% sekali jalan ke luar negeri, itu ke Singapura," tuturnya.
Dila menjelaskan keuntungan yang didapat dari bisnis ini bergantung dari nilai barang yang dibeli atau dititipkan. Untuk Dila sendiri, ia mengaku mengambil keuntungan sekitar 10-15% dari harga barang yang dibeli.
"Jastip ini tuh kira-kira saya bisa dapat 10-15% dari modal, dari semua yang saya belanjain," kata Dila.
Dila mencontohkan, misalnya ada seseorang yang memakai Jastip dirinya untuk membeli buku seharga Rp 50.000, maka dia akan menarik keuntungan sekitar Rp 5.000.
"Sebenarnya kecil kan, terus misalnya bukunya Rp 100.000, saya cuma ambil Rp 10.000. Jadi tergantung dari harga, nggak pukul rata. Jadi Kalau misalnya buku yang murah, ya Jastipnya makin murah," katanya.
Dila menjelaskan, usaha Jastip ini bisa sangat menguntungkan asalkan dijalani dengan rutin. Bahkan bisa belanja gratis di luar negeri, dan masih membawa sedikit keuntungan saat pulang ke rumah.
"Jadi misalnya jeleknya kalau saya berangkat, profitnya itu cuma buat jajan di sana, jadi saya belanja gratis nggak pake modal. Jadi pulang, nggak bawa profit dengan nominal besar, tapi minimal saya bisa jajan dibeliin orang," cerita Dila.
Dari usahanya ini, Dila mengaku dalam sebulan bisa mendapat keuntungan sekitar Rp 3-6 juta.
"Per bulan dapat sih Rp 3 sampai 6 (juta). Lumayan hanya untuk jalan-jalan doang," tuturnya.
Sebelum memulai peluang usaha menjadi Jastip, ada sejumlah tips yang sebaiknya diikuti. Apa saja?
Dila mengatakan tips yang paling penting dalam untuk bisa menggali peluang bisnis ini ialah tak boleh mudah lelah.
"Sebenarnya ini cuma jalan doang. Yang penting nggak boleh gampang capek, itu sudah pasti ya," kata Dila.
Selain itu, kata Dila, untuk menekuni Jastip ini harus bisa melihat waktu yang tepat dalam berbelanja. Sebab, ada momen-momen tertentu Jastip banyak dipakai dan jarang dipakai.
"Terus kita lihat juga untuk pengguna jasa di kita, kalau menjelang Lebaran kan THR sudah turun. Jadi ada masanya juga," ujar Dila.
"Kadang ada yang masanya lagi tengah tahun terus nggak ada apa-apa, terus kita buka jasa, ya kadang hasilnya nggak bagus juga itu ada," sambungnya.
Di samping itu semua, Dila mengatakan sejatinya menjadi Jastip merupakan hal yang sangat menyenangkan khususnya bagi orang yang senang jalan-jalan.
"Jadi nggak ada susahnya, capek doang. Jadi kalau benar-benar sudah seharian, ngebelanjain, seharian udah cuma sakit badan doang. Terasa menyenangkan saja," tutur Dila.