Ekspor dan investasi merupakan dua komponen yang selalu digembar gemborkan Presiden Jokowi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kami sadar mungkin bapak presiden akan menegur kami, bahwa Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$ 8,6 miliar di 2018. Bukan maksud kami membela diri atau lari dari tanggungjawab," kata Enggar saat membuka Rakernas Kemendag Tahun 2019 di ICE BSD, Banten, Selasa (12/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enggar menyampaikan, faktor yang membuat neraca perdagangan masih defisit lantaran kinerja impor khususnya barang modal dan bahan baku meningkat signifikan. Peningkatan impor ini, kata Enggar sejalan dengan prioritas pemerintah membangun infrastruktur.
"Impor barang modal dan bahan baku masing-masing naik sebesar 22% dan 20%, ini semua untuk menunjang pembangunan infrastruktur dan konstruksi di tanah air," ujar dia.
Faktor selanjutnya, lanjut Enggar, dampak dari perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) serta permintaan global yang melemah.
Meski tidak mampu memperbaiki kinerja ekspor, Enggar mengklaim bahwa Kementerian Perdagangan berhasil terlibat dalam menjaga stabilitas harga komoditas yang terlihat dari tingkat inflasi sebesar 3,13%.
Selanjutnya, Kementerian Perdagangan juga berhasil merevitalisasi 4.211 pasar baik direnovasi maupun bangun baru. Ditargetkan hingga akhir 2019 total pasar yang direvitalisasi sekitar 5.200-an.
Baca juga: Barang RI ke AS Masih Bebas Bea Masuk |