Menkominfo: RI Butuh 9 Juta SDM Berketerampilan

Menkominfo: RI Butuh 9 Juta SDM Berketerampilan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 12 Mar 2019 17:05 WIB
Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikINET
Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara ingin meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Dari studi World Bank dia menjelaskan setidaknya Indonesia mesti memiliki tambahan 9 juta SDM dengan keahlian digital.

"Studinya World Bank, kita butuh tambahan 9 juta skill atau pekerja dengan keahlian di tahun 2015-2030. Lalu dari mana kita dapatnya?" Berdasarkan itu, dibutuhkan klasifikasi digital talent dari basic digital skill, intermediate digital skill dan advance digital skill. Gimana caranya, Kominfo kan enggak ngerti?," ungkap ungkap Rudiantara di kantornya, Selasa (12/3/2019).

Untuk itu dia ingin agar perguruan tinggi di Indonesia mulai untuk menerapkan kurikulum seperti yang digunakan oleh akademi perusahaan teknologi besar di dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua global tech company seperti Google, Microsoft, mereka punya akademi-akademi yang bagus di negaranya. Setiap akademi yang bagus itu ditunjang dengan silabus dan mata pelajaran yang bagus-bagus," kata Rudiantara.


Dia menilai kenapa tidak Indonesia mencontek kurikulum tersebut daripada harus melakukan studi banding.

"Saya bicara dengan teman-teman dosen UI, kalau untuk membuat silabus seperti itu berapa lama? Mereka bilang paling tidak butuh empat tahun untuk develop silabus seperti ini, daripada lama contek aja yang bagus, kemudian kita cari mana yang bisa dilakukan di Indonesia dan mana yang tidak," tambahnya.

Maka dari itu sejak 2018 lalu, Rudiantara mengatakan pihaknya telah berkerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk melakukan sebuah pilot project pendidikan digital. Setidaknya ada 1000 orang yang masuk dalam proyek tersebut.


"Pilot projectnya kami lakukan (dengan Kemenristekdikti) tahun 2018, kami mau rekrut seribu (orang), tapi yang daftar 46 ribu, yang ikut tes online sampai akhir 21 ribu, yang diterima seribu," ungkap Rudiantara.

"Dari yang seribu itu, yang tersertifikasi itu cuma 980 orang. Karena kan ujung-ujungnya mereka harus tersertifikasi agar bisa masuk ke dunia kerja, ke start up, atau jadi enterpreneur," tambahnya.

Dalam pilot project itu, menurut Rudiantara para peserta akan mendapatkan kelas dengan satu fokus ajaran. Misalnya dalam komputerisasi, mereka hanya akan mempelajari komputer saja.

"Jadi mereka itu kalau masuk kelas, katakanlah misalnya mereka belajar computing, ya di kelas kerjaannya latihan computing aja. Tujuannya yang penting Indonesia punya template yang bisa sebarkan kepada korporasi agar mereka bikin CSR," ungkap Rudiantara. (zlf/zlf)

Hide Ads