Bambang menerangkan, pada dasarnya presiden fokus pada pertumbuhan ekonomi. Sementara, pertumbuhan ekonomi sulit untuk bergerak lebih cepat di kisaran 5,1 hingga 5,2%.
"Jadi di sekitar 5,1- 5,2% dan ketika dibicarakan ternyata penyebabnya adalah pertumbuhan ekspor yang relatif lemah serta pertumbuhan investasi yang sebenarnya tidak jelek tapi mungkin ingin lebih cepat lagi," katanya di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (13/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena itu beliau melihat karena ekspor dan investasi ini dua-duanya adalah tergantung faktor eksternal. Kalau ekspor kan tergantung demand dari negara lain. Investasi karena kita juga sangat membutuhkan FDI juga butuh kekuatan modal dari negara lain," sambungnya.
Dia menuturkan, Jokowi ingin sesuatu yang berhubungan global market ditangani oleh suatu institusi yang solid. Lantas, apakah pemerintah bakal merealisasikan dua kementerian tersebut?
Bambang hanya mengatakan tinggal menunggu waktu. Namun, tetap diperhatikan struktur kementerian yang ada sekarang.
"Itu tinggal menunggu waktu, kita lihat dulu tentunya harus kan diperhatikan juga struktur kementerian yang ada sekarang. Tapi intinya, dasarnya yang tadi itu supaya kita bisa benar-benar merespons dengan baik dinamika global," tutupnya. (zlf/zlf)