"Selama 3 tahun terakhir Pemerintahan Jokowi, risiko makro ekonomi Indonesia meningkat. Kenapa, karena trade balance kebanyakan negatif, current account deficit (CAD) belum pernah terjadi terjadi sejelek ini selama 8 tahun terakhir," ujarnya dalam diskusi Politik Pembangunan Infrastruktur di Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Dia mengatakan, hal tersebut merupakan salah satu penyebab, nilai tukar rupiah cenderung fluktuatif. Sementara, lanjut Rizal, pemerintah hanya menawarkan 'obat' jangka pendek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Solusi yang dicari solusi jangka pendek, meminjamnya dipercepat, istilahnya front loading harusnya ambil pinjaman issue bondnya 2-3-4 dimajukan sekarang. Supaya ada inflow dari capital, sehingga rupiah menguat temporary," sambungnya.
Rizal mengatakan, itu memberikan risiko pada perekonomian Indonesia. Pasalnya, imbal hasil (yield) yang dibayarkan akan semakin besar.
"Menyelesaikan masalah trade balance dan current account deficit dengan cara seperti ini, itu berbahaya karena makin lama kita pinjam dengan yield paling tinggi termasuk paling tinggi di Asia, kita 8% lebih, Vietnam cuma 4%, yang lain cuma 5%, margin-nya 3%," paparnya.
"Jadi pemerintah ini akan mewariskan kepada siapa pemerintah berikutnya time bom, dalam bentuk utang semakin besar, bunga semakin tinggi," tutup Rizal.