Cerita Susah Senang Jadi Buzzer

Mesin Uang Buzzer Politik

Cerita Susah Senang Jadi Buzzer

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 08 Apr 2019 14:32 WIB
Foto: GettyImages
Jakarta - Rahaja Baraha, bukan nama sebenarnya, kini telah pensiun dari profesi buzzer atau penggiring opini di media sosial (medsos). Saat menjadi buzzer, dia mengaku telah menangani berbagai klien, dari perusahaan hingga kasus hukum.

Rahaja bercerita, menjadi seorang buzzer ada susah-senangnya. Senangnya, katanya, bisa bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Kemudian, dia menjadi tahu bagaimana sebuah isu diproduksi dan disebarkan ke masyarakat.

"Senangnya, sebagai orang biasa kita bisa ketemu tokoh penting. Dapat informasi A1 langsung directly, bisa ngerti informasi 'oh begini informasi diciptakan' di masyarakat sekarang. Lu (kamu) tahu prosesnya, jadi ketika selesai sekarang 'oh ini buatan'," katanya kepada detikFinance, Selasa (2/4/2019).
Sementara, sedihnya ialah, buzzer sendiri kerjanya seperti agensi biasa. Kerja buzzer hampir bisa dikatakan minim hari libur. Sebab, kerja buzzer mengikuti media sosial yang terus berjalan tanpa berhenti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sedihnya apa ya, kerja agensi sih kalau gue (saya), nggak ada hari libur, hari libur bisa shift-shiftan kasarnya karena media sosial nggak pernah mati," ujarnya.

"Incomenya cukup, cuma untuk jangka panjang nggak, kecuali lu jadi tokoh penting. Kalau nggak standar (penghasilannya)," tambahnya.
Di sisi lain, sebagai seorang buzzer Rahaja mengaku tak takut mendapat masalah hukum. Menurutnya, jika tim buzzer dibentuk, maka hampir bisa dipastikan ada pihak yang menjadi 'temeng' di belakangnya.

"Kalau takut selama gue kerja nggak, karena kebetulan, pasti ketika orang bikin suatu tim buzzer, dia punya backing-an yang kuat di belakangnya untuk mengamankan posisi dia. Jadi harusnya aman. Kecuali dia bikin isu hoax luar biasa, akhirnya kecium, merugikan, kena, kaya kemarin Saracen, kena," tutupnya. (dna/dna)

Hide Ads