Bhima mengatakan hal itu bisa terjadi apabila tidak adanya jam kerja yang yang seimbang seperti prinsip work life balance maka bisa memicu perilaku negatif bahkan bunuh diri bagi pekerja. Khususnya para pekerja muda yang masih sangat mudah tertekan.
"Itu bisa mendorong bunuh diri yang meningkat di usia remaja karena adanya tekanan kerja, jam kerja, dan adanya tekanan interaksi sosial berkurang sehingga memicu mereka berperilaku negatif," sebut Bhima saat dihubungi detikFinance, Minggu (14/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, menurut Bhima untuk di Indonesia daripada mencontek kebijakan jam kerja panjang yang diterapkan Jack Ma, lebih baik mencari cara untuk bekerja dengan efektif dan efisien.
"Saya harapkan Indonesia jangan contek Jack Ma, tapi lebih ke kerja efektif dan efisien, karena ini modelnya sudah ekonomi milenial," tutup Bhima.
Terlebih lagi kata Bhima, jam kerja panjang tidak cocok digunakan di Indonesia. Pasalnya kini tren ekonomi Indonesia menurut dia lebih ke arah sektor jasa yang tidak memerlukan jam kerja panjang.
"Saya nggak setuju ya sama Jack Ma, apalagi kalau konteksnya kita melihat Indonesia yang mulai beralih ke sektor jasa. Kalau dengan pekerjaan (jam kerja panjang) itu kita sedang kembali di era tahun 80-an era dimana sektor manufaktur mendominasi ya itu boleh, tapi kalau level jasa sekarang harus ada penyesuaian jam kerja," ungkap Bhima.
Baca juga: Jack Ma Minta Karyawannya Kerja 12 Jam/Hari |