Bawang Merah dan Bawang Putih Naik, Harga Beras Malah Turun

Bawang Merah dan Bawang Putih Naik, Harga Beras Malah Turun

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 02 Mei 2019 11:58 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras di tingkat penggilingan untuk seluruh kualitas mengalami penurunan yang cukup signifikan pada April 2019.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan harga beras ini memberikan memberikan kontribusi sebagai deflasi di April 2019.

"Ada beberapa komoditas yang memberikan sumbangan deflasi, yaitu penurunan harga beras sehingga andilnya 0,06%," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berdasarkan catatan BPS, harga beras kualitas premium alami penurunan 3,56% menjadi Rp 9.465 per kg dibandingkan bulan sebelumnya. Beras kualitas medium turun 4,30% menjadi Rp 9.144 per kg dibandingkan bulan sebelumnya. Begitu juga beras kualitas rendah turun 3,61% menjadi Rp 8.936 per kg dibandingkan bulan sebelumnya.

"Ini menguntungkan konsumen tapi PR kita bagaimana petani tetap untung," ujar dia.

Menurut Suhariyanto, penurunan harga beras ini juga sejalan dengan penurunan harga gabah di tingkat petani maupun penggilingan.

Dari pemantau BPS terjadi 2.431 transaksi di 30 provinsi dan hasilnya memang harga gabah mengalami penurunan yang disebabkan oleh cuaca.

Untuk harga gabah kering petani (GKP) turun 5,37% menjadi Rp 4.357 per kg. Sedangkan gabah kering giling (GKG) turun 7,29% menjadi Rp 5.127 per kg.


Selanjutnya di tingkat penggilingan untuk GKP turun turun 5,53% menjadi Rp 4.446 per kg, dan GKG turun 7,65% menjadi Rp 5.221 per kg.

"Ketika harga gabah turun maka harga beras di penggilingan turun," ungkap dia.

Sementara itu, harga bawang merah dan bawang putih masing-masing naik 22,93% dan 35%.

"Kenaikan harga bawang merah 22,93% sehingga beri andil 0,13%. Kedua, penyebab utama adalah bawang putih naik 35% harganya andilnya ke inflasi 0,09%. Ketiga cabai merah andilnya 0,07%, telur ayam ras dan tomat sayur andilnya 0,02%," kata Suhariyanto. (ara/eds)

Hide Ads