-
Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengkritik pemerintah yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3% tahun ini. Menurut Sandi target tersebut akan sulit dicapai, pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2019 saja hanya naik tipis jadi 5,07%.
Menurut Sandi banyak hal yang menjadi catatan buruk pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga disebut tak mampu mengelola perekonomian
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3% tahun ini. Target ini ditetapkan karena pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2019 tumbuh di kisaran 5%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2019 sebesar 5,07%,
Saat ditanya apakah target pertumbuhan itu berat untuk dicapai, Sandiaga menggeleng dan tersenyum sambil menjawab, "Very difficult (sangat sulit)," ujar Sandiaga di Universitas Bakrie, Jakarta, Kamis (9/4/2019).
Menurut pria yang beken disapa Sandi itu untuk mencapai target tersebut dibutuhkan pemerintahan yang kuat, pemerintahan yang tegas dan banyak sektor yang harus didorong. Misalnya untuk sektor konsumsi yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional.
"Banyak yang bilang, ya ini baru kuartal pertama. Tapi menurut saya ini adalah awal yang tidak baik. Bahwa lagi-lagi kita gagal untuk mengelola ekonomi. Mestinya kita bisa tingkatkan pertumbuhan dan itu yang kita butuhkan," jelas Sandi.
Sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah berjuang pada kuartal II, III dan IV agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik dari tahun lalu. Meski pertumbuhan ekonomi kuartalI-2019 naik tipis dibanding periode yang sama tahun lalu, dua indikator penting perekonomian nasional yaitu ekspor dam investasi realisasinya tidak seperti yang diharapkan pemerintah. Investasi tumbuh melambat sedangkan ekspor negatif.
Meski begitu, menurut Darmin, pemerintah memiliki strategi mengejar target perekonomian 5,3% di 2019. Antara lain, menggenjot ekspor komoditas yang berkaitan dengan industri 4.0 atau digitalisasi.
Selanjutnya, tetap mendorong ekspor produk makanan dan minuman. Lalu, sektor kimia, dan otomotif.
"Strateginya sudah kita jelaskan berkali-kali, apa saja yang akan kita kerjakan dengan ekspor," tutur Darmin.
Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno memberikan beberapa catatan untuk pemerintah dalam hal pertumbuhan ekonomi.
"Begini, pemilu itu dampaknya 0,1% ke ekonomi kita, kalau tidak ada itu (pertumbuhan ekonomi) maka bisa di bawah 5%. Nah ini bentuk ketidakmampuan pemerintah mendorong ekonomi," ujar Sandiaga di Universitas Bakrie, Jakarta, Kamis (9/5/2019).
"Banyak yang bilang, ya ini baru kuartal pertama, menurut saya ini awal yang tidak baik bahwa kita lagi lagi gagal untuk mengelola ekonomi kita," sambung pria yang beken disapa Sandi itu.
Semestinya pemerintah bisa mendorong dan meningkatkan pertumbuhan dengan menjadikan pemerintahan yang kuat, pemerintahan yang tegas.
"Sekarang konsumsi harus didorong dengan kebijakan yang tepat. Sekarang kan pemerintah memiliki kesempatan untuk menurunkan harga bahan pokok. Tapi sekarang kan harganya naik, jadi duit di kantong konsumen semakin sedikit, nah ini yang bikin konsumsi tidak bisa mendorong ekonomi," jelas dia.
Selain itu, investasi juga harus diperhatikan karena saat ini secara struktural investasi yang masuk tidak bisa mendorong lapangan pekerjaan.
"Investasi juga belum ada ya, harusnya dilakukan kebijakan yang secara struktural, sehingga investasi bisa masuk untuk membuka lapangan kerja. Ini catatan yang buruk menurut saya dan harus diperbaiki oleh pemerintah," ujar dia.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku optimistis bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 yang dipatok sebesar 5,3%."Insyaallah kita akan usahakan," kata Sri Mulyani.
Keyakinan ini muncul karena realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I-2019 yang sebesar 5,07% atau naik tipis dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar 5,06%.
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,07% secara tahunan (year on year) di kuartal I-2019. Sayangnya, selama tiga bulan pertama tahun ini ekonomi tumbuh negatif 0,52%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pertumbuhan ekonomi RI yang minus dalam tiga bulan pertama 2019 itu merupakan hal yang musiman.
"Kuartal ke kuartal itu minus 0,52%, ini karena musiman. Dengan pertumbuhan itu, pertumbuhan ekonomi paling tinggi di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dampak 14,10% karena musim panen dari Januari-Maret. Lalu disusul jasa keuangan dan asuransi sebesar 3,33%" katanya saat jumpa pers di kantornya, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2019).
Ia mengatakan, ada beberapa sektor yang mengalami perlambatan di kuartal I-2019. Mulai dari pertanian hingga batu bara.
"Pertama industri pengolahan, kalau kita lihat pada kuartal I-2019 ini tumbuh 3,86% dengan catatan khusus non migas lebih besar karena industri batu bara dan migas alami kontraksi. Jadi dengan non migas 4,8% ini lebih lambat dibanding kuartal I-2018. Dan hampir sama seperti kuartal I-2017," ujarnya.
Menurutnya, industri batu bara dan pengilangan migas mengalami kontraksi -4,19%. Hal ini menyumbang negatif ke pertumbuhan ekonomi tiga bulanan.
"Sektor pertanian, pada kuartal I cuma tumbuh 1,81%. Penyebabnya tanaman pangan alami kontraksi -5,4% karena pergeseran panen, tahun lalu puncak di Maret, tahun ini puncak panen di April dan jatuh di kuartal II. Itu salah satu penyebab kenapa pertanian tumbuh melambat," jelasnya.