"Era Revolusi Industri 4.0 dicirikan dengan operasionalisasi sistem usaha pertanian berbasis Artificial Intelegence (AI), Internet of Things (IoT), serta Cyber Physical Systems (CPS)," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufry dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/5/2019).
Hal ini dikemukakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufry saat menyampaikan pidato ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-59 Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Badan Litbang Pertanian beserta segenap stakeholder, termasuk akademisi di Perguruan Tinggi untuk bersama-sama berkontribusi dalam menggagas pemikiran-pemikiran untuk memformulasikan strategi adaptasi dan tranformasi menuju era industri 4.0," tegasnya.
Menurut Fadjry, dalam merumuskan strategi tersebut perlu mencermati beberapa hal, antara lain dengan memformulasikan perencanaan riset dan pemanfaatan hasilnya dengan memperhatikan teknologi AI, IoT dan CPS.
Kemudian pentingnya penciptaan inovasi pertanian yang memanfaatkan teknologi digital dalam sistem usaha pertanian, penciptaan inovasi alat dan mesin pertanian yang dikontrol secara otomatis, serta penciptaan inovasi pertanian yang mendukung implementasi precision farming.
Penerapan Inovasi Menuju Era Revolusi Industri 4.0
Menurutnya, beberapa strategi tersebut secara operasional sebagian telah digagas dalam program dan kegiatan utama Balitbangtan. Seperti dalam inovasi Katam (Kalender Tanam) Terpadu, salah satu inovasi berbasis teknologi informasi yang dapat memberikan pedoman waktu tanam, lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta informasi lain yang dibutuhkan oleh pengguna, khususnya penyuluh dan petani.
Di sisi lain, Balitbangtan mendukung Nawa Cita Presiden RI dengan membangun dan mengembangkan Taman Sains dan Taman Teknologi Pertanian yang juga dapat diintegrasikan dengan model kawasan pertanian berbasis korporasi petani.
"Dua model hilirisasi inovasi pertanian ini telah sebagian besar menerapkan karakteristik pertanian era Revolusi Industri 4.0," ungkap Fadjry.
Ia juga menyebutkan bahwa selain menghasilkan inovasi pertanian yang bersifat public domain, Balitbangtan hingga tahun 2018 juga telah berhasil menghasilkan 319 paten terdaftar. Bahkan, 148 di antaranya telah dikabulkan (granted) oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham.
"Di antara lembaga litbang pemerintah, jumlah paten granted yang diperoleh litbang pertanian merupakan yang terbanyak," jelasnya.
Selain paten, Balitbangtan juga telah menghasilkan lebih dari 500 varietas terdaftar dan 102 di antaranya telah diajukan permohonan untuk dilindungi. Saat ini pun telah terbit sertifikat Perlindungan Varietas Tanaman untuk 59 varietas.
Fadjry menambahkan, sebagai lembaga riset di bawah Kementan, Balitbangtan memiliki peran strategis dalam konstelasi pembangunan pertanian nasional. Menurutnya, penelitian dan pengembangan dalam perspektif ke depan harus berada di garda terdepan untuk menjawab tantangan di masa mendatang melalui riset yang berorientasi output dan outcome. (idr/hns)