Mereka adalah Hiromi Sasaki dan Miyu. Kepada detikFinance, Hiromi bercerita awal mula ketertarikannya terhadap budaya karawitan Jawa Tengah.
"Awalnya saya tertarik karena waktu itu Ki Manteb Sudarsono (Dalang ternama) pentas di Jepang. Di situ saya tertarik budaya Jawa," ujar wanita kelahiran Osaka, 17 Juli 1979 tersebut, Rabu (26/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Katertarikannya pada budaya Jawa Tengah itu membawa wanita yang siang ini bermain gamelan tersebut terbang ke Indonesia pada tahun 1999 untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Selama dua tahun menimba ilmu di ISI Yogyakarta, Hiromi jatuh cinta semakin dalam pada budaya Jawa dan mempelajari hampir seluruh alat musik dalam karawitan Jawa.
"Pertama kali saya suka dengan kendang. Saya belajar kendang. Saya juga bermain gamelan, semua alat musik saya bisa," tuturnya.
![]() |
Selama dua tahun belajar di ISI diakuinya memang tak cukup untuk mempelajari seluruh alat musik secara mendalam. Beruntung, ia bertemu dengan Rofit Ibrahim, pria Jawa yang kini jadi suaminya.
"Karena saya menikah dengan dia (menunjuk Rofit), saya jadi bisa belajar setiap hari," tuturnya sembari tersipu.
Hiromi dan Rofit sendiri memang serius memperkenalkan budaya Jawa di Jepang. Sejak 2005, keduanya mendirikan sanggar seni yang diberi nama Hanajoss yang bermarkas di Ibaraki, Osaka.
"Kita sudah manggung keliling Jepang. Hampir seluruh Jepang sudah kami datangi. Dan sambutan orang Jepang itu sangat baik, mereka sangat tertarik dengan budaya," tutur pria dengan logat jawa yang khas.
![]() |
Di sanggar Hanajoss, mereka berbagi peran untuk mengajar seni.
"Saya mengajar wayang dan karawitan Jawa, Hiromi mengajar gamelan dan karawitan juga, kalau Miyu mengajar tari," kara Rofit.
Ia berharap, budaya Indonesia semakin dikenal di mancanegara. Ia pun ingin semakin banyak anak muda Indonesia yang mau mempelajari budaya tradisional bangsanya. (dna/ara)