-
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di MRT Jakarta. Ini merupakan kali pertama keduanya bertemu usai Pilpres 2019.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo memang sudah ditunggu-tunggu oleh banyak pihak. Sebab, pertemuan ini bisa menjadi gambaran adanya kegiatan politik dan demokrasi yang sehat di Indonesia.
Selain urusan politik, pertemuan keduanya juga disebut dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. Lantas, seperti apa dampaknya terhadap ekonomi? Simak berita lengkapnya.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai pertemuan Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan sinyal positif untuk investor.
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, pertemuan dua putra itu menjadi bekal buat investor bahwa sistem demokrasi tanah air sudah matang.
"Iya (bagus untuk investor). Kita kasih pesan ke dunia bahwa kita ini memang sudah matang, demokrasinya," kata Hariyadi saat dihubungi detikFinance.
Pertemuan kedua sosok yang banyak menginspirasi banyak orang ini, kata Hariyadi bisa memberikan dampak positif bagi pasar modal.
"Responnya positif, bisa jadi penguatan rupiah, tapi yang lebih kelihatan di IHSG itu akan lebih diwarnai lokal, kalau rupiah kan global. Biasanya akan direspon oleh saham," jelas dia.
Momen kedamaian dan persatuan dua kubu yang sempat bersinggungan dalam Pemilu Pilpres April 2019 pun berakhir. Hariyadi berharap kedua belah pihak dapat menjaga suasana politik nasional tetap damai dan penuh kesejukan.
"Jadi yang harus dipertahankan adalah suasana damai, suasana persatuan, jaga, menghargai keberagaman, pokoknya semua yang berkaitan dengan masalah ketertiban. Dengan mereka rekonsiliasi akan sangat bagus," ungkap dia.
Pertemuan Jokowi dengan Prabowo dinilai bisa menjadi sentimen positif bagi bursa saham. Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai bakal ikut terdongkrak dengan adanya moment tersebut.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan pertemuan antara Jokowi dan Prabowo tersebut akan direspon positif oleh pasar. Sebab, kata dia, pertemuan itu mencerminkan kondisi demokrasi yang berjalan baik hingga membuat investor percaya dengan politik yang terjadi di Indonesia.
"Saya pikir akan positif untuk pasar. Indikasi politik yang akan damai," ujarnya kepada detikFinance.
IHSG pada pekan depan diperkirakan akan dibuka positif di level 6.434 sampai 6.465 setelah anjlok pada penutupan perdagangan Jumat pekan ini. Namun, IHSG diproyeksi masih belum bisa menembus level 6.500.
"IHSG melemah 43 poin membentuk candle dengan body turun dan shadow di atas dan bawah indikasi tekanan turun. IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 6.369 sampai 6.324 dan resistance di level 6.434 sampai 6.465," paparnya.
Menurutnya, penguatan IHSG itu akan terjadi hingga diumumkannya nilai suku bunga hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 18 Juli nanti.
"Perkiraan kami bunga tetap sehingga pasar bisa koreksi sesudah itu," tuturnya.
Pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo dinilai akan memberikan dampak temporer alias sementara terhadap perbaikan nilai tukar dan pasar modal.
Peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira mengatakan dampak dari pertemuan tersebut akan berdampak pada stabilitas politik tanah air saja.
"Namun, apakah temporer atau tidak, saya melihat efek nanti ke market ya, apakah nilai tukar rupiah atau investasi saham ini dampaknya hanya temporer," kata Bhima saat dihubungi detikFinance.
"Paling nggak berlangsung 3-4 hari pada waktu sesi perdagangan dibuka," tambah dia.
Dia menjelaskan, dampak temporer itu dikarenakan pelaku usaha atau investor lebih menunggu Jokowi mengumumkan susunan kabinet di periode yang kedua ini. Apakah masih sama atau ada perubahan.
Jika ada perubahan, lanjut Bhima, Jokowi harus memasang para pembantunya yang benar-benar dipercaya dan disukai oleh pelaku usaha.
"Karena menteri-menteri teknis ini sebenarnya lebih penting nanti," jelas dia.
Menurut Bhima, Jokowi harus memasang para menteri yang pro dunia usaha, menteri dengan kebijakan yang masuk akal, tidak tersangkut dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan pro terhadap investasi.
"Itu yang lebih dibutuhkan pasar untuk jangka waktu panjang," katanya.
Meski demikian, Bhima menganggap bahwa ketegangan politik yang selama ini terjadi sudah berakhir karena adanya rekonsiliasi dari pertemuan Jokowi dengan Prabowo. Hal itu, dikatakan Bhima, bisa menstabilkan kondisi politik tanah air.
"Jadi setelah urusan politiknya mereda memang harus dibutuhkan orang-orang yang siap bekerja, bekerja dengan gila-gilaan, karena waktunya lima tahun itu tidak banyak untuk mengembalikan struktur ekonomi yang lebih sehat," ungkap dia.