Hadir dalam acara tersebut Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani, dan ekonom senior INDEF, di antaranya Didik J. Rachbini, dan Bustanul Arifin.
Ada beberapa hal yang jadi sorotan INDEF dalam melihat tantangan investasi di tengah perang dagang. INDEF memandang investasi semakin menjauh dari sektor primer dan sekunder. Hal ini berimplikasi terhadap kemampuan investasi dalam menyerap tenaga kerja dan optimalisasi nilai tambah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Neraca Dagang RI Diprediksi Surplus (Lagi) |
Namun INDEF melihat perang dagang berdampak pada peningkatan PDB Indonesia 0,01%. Di sisi Iain, perang dagang merugikan AS dan China dimana PDB masing-masing negara terkoreksi 0,1 dan 0,6%.
Perang dagang juga disebut berdampak pada peningkatan investasi (FDI) Indonesia sebesar 1,02%. Bagi AS dan China, perang dagang menyusutkan investasi mereka masing-masing 3,91% dan 2.67%.
Hanya saja, perang dagang dianggap tidak menguntungkan bagi ekspor Indonesia. Perang dagang AS-China juga berdampak pada penurunan ekspor 0,24%. Hal yang sama juga terjadi di AS dan China dengan penurunan masing-masing sebesar 8,2% dan 7,09%. Penurunan ekspor AS utamanya disebabkan karena menyusutnya ekspor ke China, demikian juga sebaliknya.
(eds/eds)