Sedihnya Anies Orang Miskin di Jakarta Harus Beli Air Rp 600.000/Bulan

Sedihnya Anies Orang Miskin di Jakarta Harus Beli Air Rp 600.000/Bulan

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 24 Jul 2019 06:20 WIB
1.

Sedihnya Anies Orang Miskin di Jakarta Harus Beli Air Rp 600.000/Bulan

Sedihnya Anies Orang Miskin di Jakarta Harus Beli Air Rp 600.000/Bulan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Hanif Hawari
Jakarta - Belum seluruh warga Jakarta mendapatkan akses air bersih yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alasannya karena penyediaan infrastruktur jaringan pipa air bersih belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun mengungkapkan persoalan kebutuhan air di Jakarta, termasuk beban yang harus dipikul rakyat kecil untuk membayar mahalnya air bersih.

Bagaimana informasi selengkapnya? detikFinance merangkumnya pada berita selanjutnya.

Anies Baswedan mengungkapkan mahalnya biaya yang harus dibayar oleh masyarakat di Jakarta untuk mendapatkan air bersih. Hal itu imbas dari belum meratanya jaringan pipa air bersih.

Anies mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat yang belum dijangkau oleh pipa air bersih mencapai Rp 600 ribu per bulan. Sementara yang sudah tersambung pipa hanya Rp 120-150 ribu per bulan.

"Kalau lihat harganya mereka menghabiskan uang Rp 600 ribu per bulan, sementara yang berlangganan air pipa, air minum itu Rp 120-150 ribu," kata Anies, Selasa (23/7/2019).

Yang lebih menyedihkan, lanjut Anies, masyarakat yang harus membayar air lebih mahal adalah kalangan menengah ke bawah, atau cenderung yang kurang mampu.

"Yang terlayani dengan pipa baru sekitar 57%. Ini salah satu tantangan kita, bahwa bagi masyarakat yang secara sosial ekonomi rendah, dia terpaksa membayar lebih tinggi untuk air minum dibandingkan dengan masyarakat yang sudah lebih sejahtera," jelasnya.

Atas dasar itu, pihaknya akan menggenjot jaringan pipa air bersih guna menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Salah satu caranya adalah mengambil alih penyediaan pipa air dari private sector (pihak swasta).

Anies mengungkapkan alasan belum banyaknya jaringan air bersih yang menjangkau seluruh masyarakat. Menurut dia hal itu disebabkan lambatnya pembangunan jaringan pipa oleh pihak swasta.

"Ketika privatisasi dilakukan, tahun 1997 jangkauan air pipa di Jakarta 45%. Private sector berencana dalam 25 tahun membangun menjadi 82% jangkauannya. Dan 25 tahun itu adalah tahun 2023 ini. Sampai dengan tahun ini yang tercapai itu baru 57%," kata Anies, Selasa (23/7/2019).

Artinya, lanjut Anies dalam waktu 22 tahun pihak swasta ini hanya menambah jangkauan jaringan pipa sekitar 12% saja. Dia menilai itu tidak cukup. Tidak mungkin dalam sisa waktu hingga 2023 mereka bisa menambah jangkauan sesuai yang direncanakan.

"This is not enough, dan ke depan tidak mungkin dalam waktu tiga tahun mereka investasi untuk menyelesaikan itu," sebutnya.

Oleh karenanya, Anies ingin Pemprov DKI mengambilalih itu. Harapannya pembangunan jaringan pipa air bersih bisa dilakukan lebih cepat. Saat ini proses negosiasi dengan pihak swasta ini masih dilakukan.

"Proses negosiasi dan lain-lain sedang berjalan, mudah-mudahan bisa segera tuntas. Kalau itu bisa kita lakukan maka baru kita bicara tentang pasokannya," tambahnya.

Founder & Chairman CT Corp Chairul Tanjung (CT) mengatakan, berdasarkan data masih ada 25% penduduk Indonesia yang belum mendapatkan akses air bersih.

"Pencemaran air merupakan faktor utama yang menyebabkan keterbatasan akses air bersih bagi masyarakat Indonesia. Saat ini lebih dari 25% penduduk Indonesia belum memiliki akses air bersih," kata CT, Selasa (23/7/2019).

CT memaparkan kebutuhan air bersih semakin meningkat setiap tahun. Oleh karenanya masalah ketahanan air menjadi salah satu isu utama yang harus menjadi perhatian para pihak.

"Beberapa waktu lalu Indonesia sempat menjadi sorotan karena dianggap sebagai salah satu negara yang menjadi kontributor terbesar pencemaran laut terutama melalui limbah plastik," jelasnya.

Itu hanya salah satu persoalan yang dihadapi dalam mempertahankan ketersediaan air bersih. Menurutnya penggunaan berlebihan juga menjadikan air bersih semakin langka. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya perubahan iklim dan pemanasan global.

Menurut CT harus ada upaya secara berkelanjutan melalui investasi, infrastruktur, hingga sumber daya manusia (SDM). Target di atas menurut dia mustahil dapat dicapai tanpa partisipasi aktif dari semua pihak, tidak hanya pemerintah tetapi juga dunia usaha.

Hide Ads