"Jadi kemarin itu ada kendala untuk pembayaran di hotel, tapi juga ada kenaikan okupansi. Jadi masyarakat banyak yang pindah ke hotel. Terutama di daerah yang dekat dengan permukiman, dekat dengan perumahan, mungkin mereka kerepotan tidak ada listrik dan dekat hotel," jelas Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani ketika dihubungi detikFinance, Senin (5/8/2019).
Hariyadi mengatakan, sejumlah hotel yang ada di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara mengalami peningkatan okupansi hingga 80%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: YLKI: PLN Harus Beri Kompensasi ke Pelanggan |
Meski begitu, Hariyadi menuturkan transaksi atau pembayaran di hotel terkendala dengan terganggunya jaringan internet dari beberapa provider dalam negeri, yang juga imbas dari listrik padam massal ini.
"Satu sisi juga mereka mendapatkan tambahan bisnis tapi di sisi lain kesulitan segi pembayaran," ujar Hariyadi.
Selain itu, Hariyadi yang juga merupakan Ketua Umum Apindo mengatakan, dengan padamnya listrik massal ini pun usaha di sektor jasa mengalami kerugian. Pasalnya, bagi pengusaha yang perlu menyalakan genset membutuhkan biaya tambahan.
"Intinya dengan kondisi listrik seperti itu memang berpengaruh besar sekali di dunia usaha, kan sekarang juga masih berlangsung. Kemarin kita kerepotan yang sektor jasa dan sebagian produksi juga ada. Tapi sebagian besar sektor jasa. Kan perbankan, logistik, mal, transportasi, MRT kan juga terdampak kemarin itu. Dampaknya jadi menimbulkan beban tambahan baru. Kita harus menyalakan genset, yang mau transaksi perbankan terganggu, komunikasi terganggu, jadi memang beban sekali," papar dia.
Hariyadi mengatakan, pihaknya bukan menginginkan kompensasi dari PLN. Namun, kepastian dari pasokan listrik sehingga tak terjadi lagi hal seperti ini.
"Yang dibutuhkan bukan kompensasi, yang penting tidak ada kejadian seperti ini lagi, inginnya keamanan, ke arah sana gitu loh. Kan ini kejadiannya besar sekali, apa iya mau kompensasi?" tandasnya.
(ara/ara)