Pasokan seret salah satunya menurut Mardhiyah karena berkurangnya tanaman cabai yang produktif untuk dipanen. Hal tersebut terjadi ketika 5 bulan lalu pasokan cabai berlebih, alhasil harga cabai jatuh dan petani merugi.
Akibat merugi, petani terpaksa membongkar tanaman cabainya dan menanam komoditas lain. Dengan berkurangnya tanaman produktif, pasokan cabai pun tertekan.
"Mungkin kita tau lima bulan lalu cabai dibuang-buang karena pasokan berlebih dan harga jatuh. Akhirnya kan petani cabai ini rugi besar, tanaman yang harusnya bisa panen banyak 20 kali, 15 kali, semua dibongkar," kata Mardhiyah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor selanjutnya adalah kekeringan yang melanda beberapa daerah. Kekeringan ini membuat banyak petani cabai gagal panen menurut Mardhiyah.
"Lalu juga ada kekeringan di beberapa daerah. Jadi cabainya petani banyak yang gagal panen," kata Mardhiyah.
Belum lagi, pasokan yang tinggal sedikit untuk kebutuhan masyarakat di Jabodetabek ini harus terbagi lagi. Pasalnya, di Sumatera kata Mardhiyah pasokan cabainya juga sedang kurang.
"Belum lagi di Sumatera juga sulit pasokan cabe, alhasil ya pasokan ke Jabodetabek itu makin berkurang karena harus berbagi, pasokan turun sampe 40%," papar Mardhiyah.
Mardhiyah mengatakan masih ada daerah yang pasokan cabainya banyak plus harganya terjangkau, salah satunya di Sulawesi Selatan. Namun, untuk membawa komoditas dari sana ke Jabodetabek, kata Mardhiyah sangat mahal ongkosnya.
"Memang ada di Sulawesi Selatan itu masih murah Rp 40-50 ribu cabainya pasokan banyak, tapi kan kalau mau dikirim ke sini ongkosnya mahal, harga kargo itu naik, jadi sama-sama mahal," kata Mardhiyah. (dna/dna)