Blak-blakan Dirut AirAsia, Mobil Listrik Tak Boleh Senyap

Round-Up 5 Berita Terpopuler

Blak-blakan Dirut AirAsia, Mobil Listrik Tak Boleh Senyap

Achmad Dwi Afriyadi, Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 12 Agu 2019 20:35 WIB
Blak-blakan Dirut AirAsia, Mobil Listrik Tak Boleh Senyap
Foto: Dirut Air Indonesia AirAsia Dendy Kurniawan/Rachman Haryanto
Jakarta - Berita terpopuler detikFinance Senin (12/8/2019) adalah blak-blakan Dirut AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan. Mulai dari maskapai LCC (Low Cost Carrier) 'dipaksa' pangkas harga tiket hingga AirAsia hilang dari biro perjalanan online, Traveloka.

Selain itu, berita terpopuler lainnya adalah Kementerian Perhubungan mewajibkan mobil listrik harus memiliki suara seperti mobil pada umumnya. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi.

Mau Tahu berita selengkapnya? Baca 5 berita terpopuler detikFinance berikut ini:
Tonton Blak-blakan Dirut AirAsia

Direktur Utama AirAsia Dendy Kurniawan mengaku pihaknya tak khawatir ketika ada ribut-ribut soal mahalnya tiket pesawat dan pemerintah meminta maskapai menurunkan harga. Termasuk ketika pemerintah meminta maskapai menurunkan harga tiket di hari-hari tertentu. Sebab AirAsia memang sudah menerapkan harga murah.

"Kami di AirAsia bisa tuh menawarkan tiket dengan harga terjangkau. Kalau bisa untuk domestik tidak usah ada tarif batas bawah," kata Dendy kepada Tim Blak blakan detikcom.

Ada empat hal yang membuat AirAsia bisa menekan tiketnya menjadi murah. Pertama, Group AirAsia hanya menggunakan satu jenis pesawat, yakni Airbus A320 dengan kapasitas 180 tempat duduk. Dengan hanya satu jenis pesawat, perusahaan akan lebih mudah dalam mengelola kru pesawat. Sebab tak perlu lagi memikirkan sertifikasi dan izin pilot untuk jenis pesawat yang berbeda.

Kedua, dengan hanya satu jenis tipe pesawat, AirAsia tak membutuhkan banyak suku cadang dan inventory, sehingga perusahaan bisa berhemat untuk kepentingan perawatan pesawat.

Ketiga, AirAsia Indonesia sebagai bagian AirAsia group mendapatkan keuntungan ketika akan mengadakan pesawat dari Air Bus. "Pada saat kita memerlukan pesawat, kalau sendiri-sendiri datang ke Airbus harganya berbeda dengan kalau datang bareng bareng (group AirAsia)," kata pria kelahiran Semarang, 9 Februari 1973 itu.

Terakhir, AirAsia saat ini memiliki tingkat utilisasi rata-rata 12,4 jam per pesawat per hari. Bagi AirAsia yang 80% pesawatnya adalah sewa hal ini sangat menguntungkan untuk menekan biaya produksi.

Bocoran Aturan Kemenhub: Mobil Listrik Tak Boleh Senyap

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menjelaskan, aturan kendaraan listrik di Kemenhub memuat aspek keselamatan. Terkait hal ini, Kemenhub mewajibkan ada suara pada kendaraan listrik.

"Kalau aspek keselematan sama, yang beda noise-nya, suaranya, motor listrik nggak punya suara, tapi dalam aturan kita harus ada suara mobil, itu sama menyangkut baterai tadi," kata dia di GBK Senayan, Jakarta, Minggu (11/8/2019).

Dia bilang, adanya suara agar orang lain tahu kehadiran kendaraan listrik ini.

"Kalau kita tiba-tiba, jalan kaki, di belakang kita ada mobil kaget nggak? Kalau mobil (biasa) kan ada (suara) nguuungg," ujarnya.

Tiket Tak Ada di Traveloka Cs, Bos AirAsia: Dihilangkan, Bukan Hilang

Maskapai penerbangan AirAsia Indonesia, awal tahun lalu sempat membuat geger industri penerbangan. Pasalnya, tiket AirAsia hilang dari online travel agent.

Apa kata Bos AirAsia?

"Dihilangkan ya bukan hilang hehehe," ungkap Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan saat mengawali kisahnya di markas detikcom, Rabu (7/8/2019).

Dendy sendiri yakin bahwa hilangnya penjualan tiker AirAsia di lapak travel online dilakukan oleh oknum OTA itu sendiri. Salah satu yang disebutkan Dendy adalah Traveloka.

"Yang jelas ya mereka ya, sebagai tempatnya pemilik platformnya kan ya Traveloka. Mereka kan kerja sama dengan kami, orang beli tiket bisa lewat kami ataupun Traveloka," kata Dendy.

Bahkan hilangnya tiket pun diikuti OTA lainnya, bukan hanya Traveloka saja. "Banyak (OTA), nggak tau kenapa tuh wabah penyakit," ujar Dendy.

Dendy menjelaskan kronologi hilangnya tiket AirAsia, awalnya suatu hari penjualan tiket maskapainya hilang di Traveloka. Pihaknya langsung bertanya ke Traveloka namun tidak mendapatkan jawaban.

Tiket AirAsia sempat muncul kembali, namun beberapa hari setelahnya tiket kembali menghilang. Mulai dari saat itu, Dendy manyatakan pihaknya sudah kadung kecewa dengan pihak Traveloka.

"Nah waktu itu mendadak kok nggak ada tiket kami AirAsia, sementara seat available, kita tanya Traveloka nggak dijawab. Kemudian beberapa hari muncul lagi, kami yaudah lah mungkin masalah sistem, tapi udah tetap kecewa kita karena nggak dapat jawaban resmi dan klarifikasi," kata Dendy.

Pesaing Grab & Gojek Masuk RI, Menhub: Kita Terbuka

Beberapa aplikator transportasi online dari luar negeri dikabarkan masuk Indonesia. Bahkan, mereka dikabarkan telah operasi.

Menyikapi hal itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku belum mendapat informasi detail. Namun, dia mengatakan, pemerintah terbuka dengan adanya pemain baru.

"Saya belum mendapat informasi yang jelas, tapi sebagaimana halnya industri lain kita ini terbuka, membuka semua kesempatan semua pihak," katanya di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Minggu (11/8/2019).

Namun, dia menekankan pemain baru harus taat pada azas keselamatan keselamatan. Serta mengikuti ketentuan yang berlaku.

"Tapi memang catatan yang kita berikan mereka harus taat azas keselamatan, ketentuan yang sudah ditentukan mereka harus ikut," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Angkutan Jalan dan Multimoda Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Ahmad Yani menjelaskan ada beberapa penyedia layanan transportasi online dari luar negeri yang masuk Indonesia, yakni Maxim dari Rusia dan Bitcar dari Malaysia.

"Mereka sudah jalan, contohnya Maxim di Batam dan di Balikpapan. Kalau kita sih bebas saja, kita cuma minta mereka penuhi ketentuan seperti kantor, aplikasi dan kemitraanya bagaimana dipresentasikan ke kita," kata Yani di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (6/8/2019).

Nasib LRT Jakarta yang Tak Kunjung Diresmikan

Dua LRV (light rail vehicle) bercorak merah putih terus mondar-mandir di atas jalur layang yang membentang di sepanjang Mal Kelapa Gading-Velodrome Rawamangun. Dari pagi hingga malam hari, kereta yang diberi nama lintas rel terpadu (LRT) Jakarta tersebut sudah mengangkut penumpang tanpa menarik uang sepeserpun alias gratis selama dua bulan ini.

Lebih jauh lagi, dua kereta tersebut tercatat sudah setahun lamanya menyusuri jalur sepanjang 5,8 kilometer (km). Kereta yang didatangkan jauh-jauh dari Korea Selatan ini awalnya ditargetkan untuk menunjang kegiatan Asian Games 2018 yang berlangsung pada medio 2018 lalu.

Setahun setelah gagal beroperasi, kereta ringan pertama di ibu kota tersebut kini memilih membawa penumpang dengan gratis. Dengan label uji coba publik, kereta LRT Jakarta rata-rata mengangkut 7.000 penumpang setiap harinya.

Kini uji coba publik tersebut sudah menuju bulan ketiga. Namun kepastian peresmian pengoperasian proyek dengan nilai investasi Rp 6,8 triliun ini belum juga jelas.

Direktur Proyek LRT Jakarta Iwan Takwin mengatakan saat ini pihaknya masih dalam proses penyelesaian dokumen izin operasi. Dia bilang masih ada beberapa rekomendasi teknis bersifat minor dari Kementerian Perhubungan yang diselesaikan hingga saat ini.

"Perizinan operasi itu turunannya banyak. Itu harus dilengkapi supaya nggak ada yang salah dan keliru," katanya kepada detikFinance, Senin (12/8/2019).

Iwan mengatakan pihaknya tak punya target waktu untuk mendapatkan izin operasi dari regulator. Namun dia memastikan kapanpun pihaknya diberi izin beroperasi, kereta LRT sudah siap melayani masyarakat.

"Kita standby. Begitu disuruh kapanpun kita siap," katanya.

Hide Ads