"Selama Januari-Juli 2019 neraca perdagangan kita masih defisit US$ 1,90 miliar," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (15/8/2019).
Bila dilihat riwayatnya, sejak Januari 2019, nerca dagang RI hanya surplus 3 kali yakni pada Februari, Maret dan Mei. Sementara sisanya masih mengalami defisit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut neraca perdagangan RI dari Januari hingga Juli 2019:
Januari defisit US$ 1,16 miliar
Februari surplus US$ 330 juta
Maret surplus US$ 540 juta
April defisit US$ 2,50 miliar
Mei surplus US$ 210 juta
Juni Defisit US$ 200 juta
Juli defisit US$ 60 juta.
Baca juga: Impor Bulan Juli Naik jadi US$ 15,51 M |
Suhariyanto menambahkan, biang kerok kenaikan impor bulan Juli yang bikin neraca dagang tekor tersebut disumbang oleh kenaikan impor minyak dan gas seiring peningkatan konsumsi masyarakat.
"Kalau dilacak ke dalam adalah impor hasil minyak mentah karena gas masih alami kenaikan, non migas juga masih surplus," tandas dia.
(dna/fdl)