Yuni, pemilik toko VKDBag yang menjual tas-tas batik dan juga tas fesyen mengatakan, Pasar idEA ini ia manfaatkan sebagai ajang menambah pengalaman dan tentunya mengembangkan usahanya, dan tentunya mengenalkan tas batik terhadap masyarakat. Meski persiapannya lebih besar untuk menjual produknya secara offline ini, ia tak mau melewatkan kesempatannya.
"Ya biar kita tambah pengalaman, kita mau kembangin usahanya terus, dan juga mau memperkenalkan batik kalau batik itu juga bisa jadi tas tidak hanya baju. Dan juga kalau di kita, bisa kita buat terjangkau harganya," tutur Yuni di JCC, Kamis (15/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejalan dengan tujuan acara ini yakni membangun kepercayaan terhadap masyarakat untuk mau belanja online, Yuni mengatakan tokonya merupakan salah satu toko online yang dijamin terpercaya. Ia pun mengatakan salah satu alasan ia diajak memasarkan produknya di Pasar idEA ini karena performa tokonya di salah satu e-commerce yakni Tokopedia sangat baik.
"Salah satu alasan Tokopedia mengajak kita karena kita mungkin dari segi complain sedikit. Kita sangat bertanggung jawab terhadap komplain. Kita tidak pernah pengiriman fake order. Jadi tokonya ada, barangnya ada, resellernya juga banyak," kata Yuni.
Meski begitu, ia mengatakan transaksinya masih ditargetkan lebih banyak di online. Dalam kesempatan yang sama, suami Yuni yaitu Aman mengatakan, dalam sehari omzet transaksi online VKDBag ini mencapai sekitar Rp 10 juta/hari.
"Tetap di online. Karena langganan kita bukan hanya seller tas, mereka rata-rata orang yang kerja sampingan. Jadi mereka lebih nyaman sambil dikerjakan di rumah," terang Yuni.
"Omzet kita rata-rata Rp 10 juta/hari, itu sudah total transaksi dari semua platform online kita," ungkap Aman.
Kemudian, Samuel Tandri yang merupakan pemilik dari Artina Furniture mengatakan, pihaknya menargetkan di Pasar idEA ini mampu memperluas brand mereka agar dikenal orang banyak. Sehingga, ketika brand-nya dikenal banyak orang pun transaksi akan naik.
"Bukan kita targetkan nilai transaksi, kita lebih ke branding, biar dikenal sama orang. Kalau branding lebih banyak dikenal, transaksi otomatis bertambah," beber Samuel.
Samuel sendiri menjual produknya melalui pasar online dengan jumlah transaksi 100 transaksi per hari. Ia mengakui, sejauh ini pihaknya belum ada toko online meski sudah 7 tahun berdagang furniture karena ia merupakan distributor.
"Kalau by transaksi minimal 100 transaksi itu ada. Kalau nilai tidak bisa ditebak, karena bisa beli satu tapi barang mahal yang besar-besar (seperti kursi tamu), atau juga beli banyak tapi barangnya dijual dengan harga murah," imbuh Samuel.
Artina Furniture sendiri merupakan distributor furniture yang produknya diproduksi di Tangerang, Banten. Samuel meyakini, seluruh produknya merupakan hasil produksi Indonesia. Sehingga, pihaknya dapat berjualan dengan mempertahankan daya saing yakni kualitas.
(dna/dna)