Jokowi Sindir Ibu-ibu Pecinta Impor Karena Neraca Dagang Tekor

Jokowi Sindir Ibu-ibu Pecinta Impor Karena Neraca Dagang Tekor

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 16 Agu 2019 08:19 WIB
Jokowi Sindir Ibu-ibu Pecinta Impor Karena Neraca Dagang Tekor
Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Foto: Andhika Prasetya/detikcom
Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia belum beranjak dari defisit alias tekor lantaran nilai ekspor masih kalah tinggi dibandingkan impornya. Sepanjang Januari-Juli 2019 atau kumulatif, neraca perdagangan Indonesia tekor US$ 1,9 miliar. Hal itu menyusul pada bulan Juli tahun ini neraca perdagangan defisit US$ 60 juta.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun memberikan sindiran kepada ibu-ibu khususnya yang sangat gemar mengkoleksi produk impor dibandingkan lokal.

Berikut sindiran Jokowi gara-gara neraca perdagangan tekor dirangkum detikFinance.

Sindir Ibu-ibu

Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Foto: Istimewa
Saat membuka sekaligus meresmikan acara Hari Belanja Diskon (HB) Indonesia di Senayan City, Jakarta Selatan, Jokowi meminta kepada seluruh peserta acara untuk mencintai produk dalam negeri.

"Neraca perdagangan kita masih defisit, defisit transaksi berjalan kita masih gede. Kalau kita masih semuanya barang impor, impar, impor, impar, impor, terutama ibu-ibu senangnya megang-megang brand, tas, sepatu, apa itu. Kita juga punya yang bagus-bagus," kata Jokowi, Kamis (15/8/2019).

Dalam rangka menekan defisit neraca perdagangan, Jokowi meminta kepada seluruh produsen tanah air untuk mengisi dan menguasai pasar dalam negeri.

Menurut Mantan Wali Kota Solo, banyak produk dalam negeri yang memiliki kualitas baik dan mampu bersaing dengan produk luar negeri. Bahkan, kepala negara juga meminta kepada seluruh pengusaha khususnya Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) untuk memberikan tempat yang paling depan untuk produk lokal di setiap pusat perbelanjaan.

Neraca Dagang Tekor Karena Migas

Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut tekor neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 60 juta per Juli 2019 disebabkan oleh impor migas.

Defisit neraca perdagangan US$ 60 juta per Juli 2019 dikarenakan nilai ekspor lebih rendah dari nilai impor. Di mana, ekspor Indonesia sebesar US$ 15,45 miliar dan impor US$ 15,51 miliar.

Jika dilihat lebih dalam, untuk ekspor migas sendiri sebesar US$ 1,60 miliar dan impornya sebesar US$ 1,74 miliar. Dari situ terdapat selisih US$ 142,4 juta.

Pria yang akrab disapa Kecuk ini mengatakan, impor migas melonjak tinggi terutama terjadi pada hasil minyak sebesar US$ 1,07 miliar sedangkan ekspornya US$ 384,2 juta atau terdapat selisih US$ 687,2 juta.

Penyebab selanjutnya adalah impor minyak mentah yang sebesar US$ 485,5 juta dibandingkan ekspornya US$ 181,1 juta atau terdapat selisih US$ 304,4 juta. Sedankan untuk gas masih surplus US$ 849,2 juta karena nilai ekspor US$ 1,04 miliar dan impornya US$ 191,1 juta.

Tekor Banyak ke China

Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Meski mencatatkan surplus dengan Amerika Serikat (AS), neraca perdagangan Indonesia masih tekor alias defisit dengan China. Bahkan, angka kumulatifnya lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 2018.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China sepanjang Januari-Juli 2019 sebesar US$ 11,05 miliar.

"Dengan Tiongkok defisitnya menjadi dalam sekali 11,05 miliar dolar dengan Tiongkok," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (15/8/9/2019).

Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China pada periode Januari-Juli 2018 tercatat sebesar US$ 10,33 miliar.

Selain China, pria yang akrab disapa Kecuk ini mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia juga masih tekor dengan Thailand dan Australia.

Halaman 2 dari 4
(hek/ara)
Hide Ads