3 Jurus Luhut Tekan Defisit Neraca Dagang RI dengan Afrika

3 Jurus Luhut Tekan Defisit Neraca Dagang RI dengan Afrika

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Rabu, 21 Agu 2019 11:12 WIB
Foto: Fadhly F Rachman
Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia dengan Afrika pada 2018 tercatat mengalami defisit sebesar US$ 450 juta. Padahal, pada tahun 2017, 2016, dan 2015, neraca perdagangan Indonesia-Afrika surplus, bahkan mencapai US$ 1,46 miliar di 2017.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia memiliki tiga cara untuk kembali meningkatkan ekspor ke Afrika. Yang pertama, ialah melakukan diplomasi di forum internasional.

"Pertama terkait diplomasi ekonomi. Saya berharap bisa lihat lebih banyak misi dagang yang dikirim di konferensi internasional di Afrika. Kita punya industri yang sangat baik," kata Luhut dalam acara Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue di Nusa Dua, Bali, Rabu (21/8/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian yang kedua, ialah kerja sama investasi. Luhut mengatakan, selama ini Indonesia lebih banyak bekerja sama dengan Jepang, China, dan AS. Ke depan, dia mengaku akan fokus meningkatkan kerja sama dengan Afrika.

"Terkait kerja sama investasi. Kita bisa lihat kerja sama yang dilakukan bersama. Kita kerja sama dengan China, Jepang, AS, tapi harus tingkatkan dengan negara Afrika," kata Luhut.



Sedangkan langkah terakhir yang akan diambil yaitu perjanjian perdagangan bebas. Luhut menegaskan, perjanjian perdagangan bebas perlu diakselerasi karena perkembangan kerja sama antara Indonesia-Afrika terbilang stagnan.

"Selama 5 tahun ke belakang angka impor ekspor cenderung stagnan. Terkait perjanjian bebas harus semakin diakselerasi karena perkembangannya cenderung seperti yoyo, naik turun," jelasnya.

Berdasarkan data yang dipaparkan Luhut, komoditas Afrika yang diekspor ke Indonesia dengan nilai terbesar di 2018 yakni crude oil sebesar US$ 3,98 miliar. Sementara komoditas Indonesia yang diekspor ke Afrika dengan nilai terbesar adalah minyak sawit dan turunannya sebesar US$ 2,6 miliar.

Luhut juga mengatakan, untuk bisa mencapai itu semua maka sektor swasta harus disiapkan. Selain itu, Indonesia juga harus bisa siap dalam menerima investasi dari Afrika.

"Pertanyaannya bagaimana kita bisa jajaki kerja sama tersebut. Berdasarkan pengalaman saya dimiliki, kita harus siap, dan siapkan sektor swasta kita, dan kita harus siap untuk Afrika berinvestasi di kita," tuturnya.




(fdl/eds)

Hide Ads