Panen Jagung Diprediksi Oktober, Pemerintah Diharapkan Tak Impor

Panen Jagung Diprediksi Oktober, Pemerintah Diharapkan Tak Impor

Isabelle Carinna Dewi - detikFinance
Senin, 26 Agu 2019 17:44 WIB
CEO eTanee Cecep M. Wahyudin /Foto: istimewa
Jakarta - Wacana impor jagung karena dampak musim kemarau kembali muncul. Wacana impor ini mendapat penolakan karena diprediksi puncak panen jagung akan terjadi pada Oktober.

"Saat ini stok jagung cukup untuk beberapa bulan ke depan. Apalagi Mentan sudah sampaikan panen puncak jagung pada bulan Oktober. Saat ini masih terus ada panen," kata praktisi peternakan Cecep M. Wahyudin dalam keterangan tertulis, Senin (26/8/2019).


Pengusaha muda yang sedang mengembangkan koperasi berbasis pesantren ini percaya Kementan bekerja sangat keras untuk menyejahterakan petani. Menurut Cecep, biarlah petani jagung menikmati harga yang bagus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kasihan mereka sudah terlalu lama menanggung rugi karena harga jagung hancur. Kini mereka bergairah tanam jagung. Kita harus jaga semangatnya," tegas Cecep.

Cecep yang juga merupakan CEO eTanee, sebuah start up berbasis peternakan yang berkembang pesat saat ini, mengatakan bahwa ke depannya korporasi petani harus dikembangkan agar petani tidak selalu kalah dengan pemodal besar.

Dirinya mengaku menjadi ketua umum salah satu koperasi yang bergerak di pengembangan agri bisnis terintegrasi di sektor peternakan, pertanian dan digitalisasi jaringan distribusi berbasis masjid dan pesantren di seluruh Indonesia.

"Kita besarkan koperasi dan ekonomi kerakyatan agar peternak rakyat tetap hidup dan memberikan kontribusi bagi ekonomi nasional. Kalau impor terus, petani dan peternak bagiannya apa?," ungkap Cecep.

Ia berharap pejabat pemerintah yang berpikir bahwa impor selalu solusi, harus sering turun ke bawah agar dapat melihat nasib para petani dan peternak. "Mereka kan harus disejahterakan. Makanya berpikirnya tidak boleh pendek dan instan," jelasnya.


Cita-cita swasembada jagung telah tercapai, terbukti dalam 3 tahun terakhir impor jagung sudah jauh dari sebelumnya. Dulu impor jagung dapat mencapai hingga 3,6 juta ton, namun Indonesia malah dapat mengekspor.

"Kita harus lanjutkan ini untuk petani jagung yang sejahtera," tegas Cecep.


(ega/hns)

Hide Ads