"Seluruh wilayah Talaud ini airnya kapur karena karang. Jadi saya ambil inisiatif saya buka usaha depot air ini tapi dengan sistem yang dibilang cukup lumayan bagus lah," ungkapnya saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan bahwa ada dua sistem yang bisa dilakukan, yakni sistem filtrasi dan sistem membran. Sistem filtrasi merupakan sistem penyaringan biasa, sedangkan sistem membran, zat kapur dan racun-racun yang terkandung di dalam air akan tersaring oleh membran khusus.
Ia pun melakukan uji lab di Manado dengan membawa sampel air dari Miangas. Dari hasil uji lab itu, ia mendapati bahwa sistem yang harus dipakai untuk menghilangkan zat kapur di dalam air yakni sistem membran.
Setelah membuka usaha dari modal pribadi, Rifai pun mengajukan KUR kepada Bank BRI. Sebagai satu-satunya bank di Miangas, BRI pun langsung terjun untuk menganalisis usaha yang dijalankan Rifai. Melihat peluang usaha yang bisa berkembang lebih baik lagi, BRI pun menyetujui pengajuan KUR dan memberikan pinjaman modal sebesar Rp 20 juta kepada Rifai.
"Dari pinjam KUR, saya melanjut pembangunan di samping usaha depot air. Sebab, awalnya tempat itu buat tinggal keluarga, supaya lebih nyaman dan tidak terganggu," ujarnya.
Dari usaha yang ia rintis setahun lalu, kini usahanya sudah berkembang sangat baik. Tiap harinya ia bisa memproduksi 50 galon air mineral seharga Rp 10.000. Sedangkan untuk penjualan, ia bisa mendapat penghasilan hingga Rp 300 ribu per hari. Jika diakumulasikan, dalam satu bulan dikurangi hari Minggu ia bisa memiliki omzet hingga Rp 8 juta per bulan.
RI Ekspor Ikan Rp 900 Juta ke Vietnam
Indonesia mengekspor ikan senilai US$ 65.142 atau setara Rp 911 juta (kurs RP 14.000) ke Vietnam yang dilakukan oleh Perum Perikanan Indonesia (Perindo). Ekspor terbagi ke dalam beberapa tahap.
Tahap pertama, dikirim sebanyak 8.000 kilogram (kg) ikan jenis goldband snapper atau Anggoli dan ikan grouper atau kerapu. Sedangkan tahap berikutnya akan kembali diekspor lebih kurang 16 ton bahan baku yang sama dengan kontainer 40 feet.
Kegiatan ekspor ini dipusatkan di Kantor Cabang Brondong Perum Perindo. Ikan-ikan ini akan dikirimkan melalui jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan estimasi tiba di Ho chi min, Vietnam pada 10 Oktober 2019 mendatang.
"Kegiatan ekspor ikan merupakan komitmen kami untuk terus meningkatkan pasar ekspor, ini juga bentuk dari dukungan kami terhadap nelayan Indonesia dengan menjual hasil Perikanan Indonesia ke berbagai negara," kata Direktur Operasional Perum Perindo, Farida Mokodompit di sela pelepasan ekspor ikan di Kantor Cabang Brondong Perum Perindo, Lamongan, Sabtu (28/9/2019). (ara/ara)