"Nah, ini dampaknya ke Jawa itu nggak terlalu banyak. Saya mau ingatkan, kita bukan Jawa sentris tapi adalah faktanya 60-70% penduduk ada di Jawa," ujarnya.
Tahir juga menyinggung soal sektor riil. Sektor ini belum banyak diperhatikan oleh pemerintah dalam jangka waktu yang lama.
"Jadi real sector harus digalakan, stimulus adalah untuk bagaimana anda memperluas kapasitas membuat pabrik baru kita kasih stimulus, khususnya kalau misalnya pabrik itu padat karya bisa menghasilkan banyak pekerja atau pabrik orientasi ke ekspor. Ini lah maksud saya stimulusnya terarah," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan hanya perizinannya, mentalitasnya kita punya pejabat di lokal, lalu belum lagi ketemu-ketemu ya ada putra daerahnya ada kekuatan daerah dan lain-lain ini yang mempersulit investasi kita," katanya.
Selain itu, sektor pariwisata juga harus digarap lebih serius lagi. Langkah Jokowi menggarap 10 Bali baru juga dinilai terlalu banyak, padahal hanya diperlukan beberapa daerah prioritas untuk dikembangkan pariwisatanya.
"Menurut saya cari fokus beberapa daerah, Manado, Bromo, Borobudur, daerah-daerah ini. Misalnya Raja Ampat bagus, Labuan Bajo ini daripada Mandalika itu kita pernah ketemu dirutnya sekarang kita punya izin MotoGP," katanya.
Peningkatan sumber daya manusia (SDM) juga tidak bisa lagi hanya sekadar slogan. Pemerintah harus fokus pada SDM. Di samping itu, ia juga menginisiasi peningkatan kualitas SDM melalui Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Ini adalah suatu teladan yang luar biasa maka itu kita di wali amanat Gadjah Mada mendirikan namanya Leadership Entrepreneur School, belum ada ini, baru mau dari UGM. Ini leadership perlu karena ingin memproduce manusia-manusia yang unggul di masa depan 20 tahun ini. Caranya melalui pendidikan, nggak ada cara lain," tuturnya. (ara/ang)