"Saingan kita kan Vietnam. Terutama Vietnam ini ya," tutur Local Sector Expert Centre for the Promotion of Imports from Developing Countries (CBI) Belanda di Indonesia, Liena Mahalli, di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Liena menuturkan, kualitas produk dekorasi rumah Indonesia punya peluang besar untuk masuk ke kalangan menengah ke atas. Dalam level tersebut, Indonesia bersaing dengan Vietnam. Sedangkan, di kualitas produk untuk kelas menengah ke bawah saingannya dengan China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bersaing dengan China, Indonesia harus berkutat dengan persaingan harga. Kata Liena, tujuan Indonesia yakni bersaing dengan kualitas, bukan harga.
"China itu di menengah bawah. Kita kan nggak mau, karena selama ini kita hanya bisa bikin barang jadi akhirnya kita bersaing di harga. Kita nggak mau bersaing di harga, kita maunya bersaing di kualitas sama di sustainability, di sertifikasi dan lain-lain, sesuai dengan permintaan pasar Eropa," jelas dia.
Untuk meningkatkan kualitas dan menyesuaikan permintaan pasar di Eropa, produk dekorasi rumah Indonesia harus mengutamakan aspek sustainability atau keberlangsungan.
Oleh karena itu, CBI Belanda dengan Kemendag bekerja sama untuk memberikan pelatihan agar pelaku UMKM dekorasi rumah di Indonesia mampu menghasilkan produk yang berdasarkan pada aspek sustainability. Pelatihan ini nantinya akan berlangsung hingga tahun 2024.
"Untuk Indonesia itu harapannya dengan program ini kita naik level, nggak lagi di menengah bawah tapi kita ke arah menengah sampai premium, karena produk kita sebenarnya bagus, hanya saja perusahaan kita di sini itu banyak kurang informasi tentang permintaan market seperti apa di sana," paparnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Dody Edward mengatakan, dengan program ini maka ditargetkan ekspor produk dekorasi rumah ke Belanda bakal tembus 32 juta atau sekitar Rp 520 miliar hingga lima tahun ke depan.
"Itu sampai akhir nanti proyek ada sekitar 32 juta euro atau sekitar Rp 520 miliar rupiah, sampai nanti (2024)," pungkas Dody.
(fdl/fdl)