Nilai ekspor produk halal Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 hanya mencapai US$ 41,42 miliar. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2023 yang mencapai US$ 42,32 miliar.
"Selama Januari-Oktober 2024 kita memang ada sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Di mana tahun ini kita sekitar US$ 41,42 miliar," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Mardyana Listyowati dalam media briefing dan talkshow ekspor produk halal Indonesia di Jakarta, Jumat (20/12/2024).
Mardyana menjelaskan bahwa penurunan tersebut terjadi lantaran berbagai faktor. Diantaranya kondisi perekonomian global yang sedang tidak baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi banyak permintaan juga menurun, daya beli menurun. Jadi yang jelas pasti permintaan menurun. Dengan banyaknya situasi yang di luar kita, situasi internasional yang sedang tidak baik-baik saja," katanya.
Kemudian, Mardyana bilang penyediaan bahan baku untuk produk halal di Indonesia juga dalam keadaan yang tidak baik sehingga berdampak pada produksi.
"Dalam negeri juga, persediaan bahan baku, itu penyediaan bahan baku juga terhambat," katanya.
Adapun untuk meningkatkan kembali kinerja ekspor produk halal Indonesia, Mardyana bilang, Kemendag mempunyai tiga program prioritas yaitu Pengembanan Pasar Dalam Negeri, Penjualan Perluasan Pasar Ekspor, dan Peningkatan UMKM.
"Hal ini diharapkan UMKM bisa eksplori yaitu, bisa disiuli berarti berani inovasi dan siap adaptasi," katanya.
Terdapat 5 negara tujuan utama ekspor produk halal Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 ialah Amerika Serikat, China, India, Pakistan dan Malaysia.
Amerika Serikat menjadi pasar terbesar dengan nilai ekspor mencapai US$ 7,29 miliar (17,61%), diikuti oleh China sebesar US$ 6,17 miliar (14,91%), India sebesar US$ 4,33 miliar (10,46%), Pakistan sebesar US$ 2,05 miliar (4,96%), dan Malaysia sebesar US$ 1,71 miliar (4,14%).
Di mana produk makanan dan minuman halal mendominasi kontribusi ekspor, dengan pangsa sebesar 81,16%, kedua di sektor tekstil dan produk tekstil sebesar 16,48%, sementara sektor farmasi menyumbang 1,48% dan kosmetik menyumbang 0,88%.
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga terus mendorong melakukan penyelesaian tiga perjanjian perundingan perdagangan bilateral baik itu dengan Kanada, Eurasia, dan Peru, serta percepatan penyelesaian perundingan EU-CEPA.
Sementara itu, Analisis Perdagangan Ahli Muda, Pusat Kebijakan Ekspor Impor dan Pengamanan Perdagangan, Kemendag, Septika Tri Ardiyanti optimis hingga akhir tahun 2024, kinerja ekspor produk halal akan sama dengan kinerja ekspor produk halal pada tahun 2023. Adapun sepanjang 2023 nilai ekspor produk halal mencapai USD 50,54 miliar.
"Tapi kalo kita misalnya proyeksi jika Januari-Oktober 2024 USD 41,42 miliar. Berarti mungkin jika hingga akhir tahun kita juga akan mencapai kurang lebih sama dengab capaian di 2023 mungkin sekitar antara angka USD 50 miliar sampai di 2024," katanya.
(rrd/rrd)