Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan pidato Jokowi usai pelantikan tak menyebutkan sama sekali soal resesi, perang dagang atau instabilitas politik.
Menurut dia, fokus jangka panjang seharusnya berhubungan dengan langkah strategis untuk menghadapi gejolak jangka pendek.
"Itu yang menurut saya masih kurang, sense of crisis-nya tidak kelihatan, jadi masih jualan mimpi," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Senin (21/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, rencana tersebut masih 'ngawang-ngawang' dan yang terpenting adalah strategi untuk mencapai rencana itu yang juga belum dijelaskan. Saat ini, kata Bhima tantangan ekonomi dalam lima tahun ke depan semakin berat. Untuk mencapai pendapatan per kapita yang tinggi dibutuhkan pertumbuhan 9-10% yang konsisten.
"Jadi mimpinya masih ambisius di saat negara-negara lain di dunia mengalami slowdown dengan pertumbuhan yang rendah," jelas dia.
Dari pidato tersebut, menurut Bhima ada beberapa hal yang ingin dikerjakan presiden yakni lebih ke faktor fundamental seperti sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, simplifikasi, birokrasi, dan inovasi.
"Intinya presiden ingin loncat ke sektor yang high tech atau bernilai tambah tinggi, lebih ke strategi jangka panjang," ujarnya.
(kil/ara)