Untuk melihat ketimpangan, biasanya menggunakan indikator koefisien atau rasio gini yang membentang dari 0 sampai 1. Semakin kecil nilai koefisien gini, maka ketimpangan semakin sempit alias semakin merata. Sebaliknya, jika angkanya semakin tinggi maka jurang antara si kaya dan si miskin kian lebar.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), rasio gini Indonesia pada Juli 2019 berada di 0,382. Terdapat 8 provinsi dengan nilai rasio gini lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Itu artinya ketimpangan di provinsi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan ketimpangan nasional.
Ketimpangan yang terjadi di Indonesia memang beragam tiap daerahnya. Tren ketimpangan yang terjadi di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Kembali mengutip data BPS Juli 2019, rasio gini di daerah perkotaan mencapai 0,392 sementara di pedesaan hanya 0,317.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kurun waktu 10 tahun terhitung sejak 2007-2017, rasio gini Indonesia tercatat naik 0,024 poin. Sementara itu pada periode yang sama Thailand mengalami penurunan 0,033 poin.
Selain masalah pertumbuhan ekonomi, jangan lupa juga masalah ketimpangan harus segera dicarikan solusinya. Masih perlu kerja keras lagi supaya ketimpangan turun lebih curam.
Berita ini bisa dilihat juga di CNBC Indonesia melalui tautan berikut ini: Anies Sebut Ketimpangan di RI Parah? Ternyata Ada Benarnya! (ang/ang)