Lantas, apa yang didapatkan dari pertemuan ini?
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha KAI Amrozi Hamidi mengungkapkan, pertemuan antaroperator kereta api se-ASEAN ini menjadi momen bagi masing-masing negara di ASEAN untuk berbagi pengetahuan seputar perkembangan di sektor kereta api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk KAI sendiri, kata Amrozi, mendapat banyak tambahan pengetahuan dengan terselenggaranya kegiatan ini. Contohnya adalah dengan melihat pengembangan-pengembangan stasiun yang lebih maju di negara lain, seperti Thailand.
"Ada beberapa kita lihat perkembangan-perkembangan yang menarik, misalnya di Thailand dia sudah mengembangkan stasiunnya yang besar dan dia memang didesain sebagai hub, menghubungkan Malaysia, Vietnam, karena kebetulan mereka berbatasan darat dengan masing-masing negara," jelasnya.
"Jadi kita bisa contoh mungkin nanti pengembangannya, kira-kira bayangan saya Manggarai mungkin bisa seperti itu. Tapi bukan hub antarnegara ASEAN, tapi kota-kota besar di Indonesia," sambung dia.
ARCEO merupakan ajang pertemuan rutin tahunan pimpinan operator perkeretaapian di kawasan Asia Tenggara yang membahas aspek teknis, operasi, pemasaran, pelayanan, teknologi, dan perkembangan perkeretaapian di ASEAN.
Dengan mengikuti konferensi ini, KAI menunjukkan kesiapannya untuk mengglobal. Hal ini menjadi langkah nyata KAI terkait dengan pesan Presiden RI kepada Menteri BUMN pada pelantikan Kabinet Indonesia Maju untuk mendorong perusahaan-perusahaan BUMN ke kancah dunia.
Selain KAI, terdapat tujuh perusahaan operator kereta api lainnya yang menjadi anggota ARCEO dari negara-negara ASEAN lainnya yaitu Cambodia Railways (Kamboja), Lao Railways Authority (Laos), KTM Berhad (Malaysia), Myanmar Railways (Myanmar), State Railways of Thailand (Thailand), Vietnam Railways (Vietnam), dan Philippine National Railways (Filipina).
(fdl/ara)