Sebut saja raksasa e-commerce China, Alibaba yang berhasil membukukan pendapatannya dalam festival belanja Singles Day sebesar US$ 38,4 miliar (268 miliar yuan) atau sekitar Rp 537 triliun (kurs Rp 14.000).
Di balik keriuhan dan sukacita mereka yang berbelanja itu, ada masalah besar yang menghantui, yaitu, sampah!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam praktiknya, setiap barang yang dikirim dalam bentuk paket akan dibungkus dengan plastik maupun kardus. Menurut laporan Greennpeace, bahan-bahan pembungkus paket ini menghasilkan sekitar 9,4 juta ton sampah bahan kemasan.
Padahal yang menjadi masalah saat ini adalah sekitar 99% kemasan pengiriman berbahan plastik tidak didaur ulang di China. Sebaliknya, sampah plastik tersebut akan dibuang bersamaan dengan sampah lain, yang nantinya akan dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Guna mengatasi permasalahan limbah yang dapat dihasilkan, kurir dan perusahaan e-commerce di China ikut berupaya dalam membatasi limbah yang mereka hasilkan.
Alibaba mengatakan afiliasi pengirimannya, Cainiao dan mitra lainnya, telah mendirikan puluhan ribu stasiun daur ulang secara nasional untuk mengumpulkan kardus bekas. Alibaba akan 'merayakan' hari daur ulang kotak paket pada Rabu mendatang dengan menyiapkan titik pengumpulan di seluruh Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, dan Hangzhou.
Sedangkan untuk pesaing Alibaba, JD.com, mengatakan bahwa sejak meluncurkan inisiatif 'hijau' pada tahun 2017, unit logistiknya telah mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai sebesar 27.000 ton. Ini juga menggunakan kotak daur ulang di 30 kota dan beralih menggunakan pita perekat yang lebih tipis.
(zlf/zlf)