Dia menceritakan, awal mula menjalankan usahanya karena sekadar menyalurkan hobi seni melukis. Sejak 10 tahun lalu, dirinya sudah banyak menciptakan produk lukisan namun pada tahun 2013 dirinya senang dengan hasil lukisan tripleknya.
"Sekarang saya sudah punya usaha namanya Franky Gallery, usaha saya handycraft lebih kepada lukisan kayu," kata Saharudi beberapa waktu lalu kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan saat semua produk lukisan dikerjakan secara manual, dirinya mengaku pernah sama sekali tidak mendapatkan omzet. Itu artinya, biaya produksi yang digunakan sangat besar.
Meski demikian, dirinya tidak menyerah begitu saja. Dirinya tetap menerima orderan dari setiap konsumen yang tertarik dengan jasa lukisnya. Ditambah lagi, rumah yang ditempatinya mendapatkan aliran listrik dengan daya yang lebih besar. Sehingga hal tersebut sangat membantu dan menghemat biaya produksinya.
"Semenjak ada listrik dan proses produksinya bisa berapa kali lipat, biaya operasional lebih kecil, bisa buat sehari dari yang awalnya seminggu," jelas dia.
Saharudin mengungkapkan modal awal menjalankan usahanya ini berasal dari aksi menjual perhiasan cincin emas milik istrinya. Pada saat itu, dia mendapatkan uang Rp 2,5 juta. Dari kerja kerasnya selama ini, dirinya kini bisa mengantongi omzet sekitar Rp 10 juta per bulan.
Tinggal di wilayah perbatasan Singapura dan Malaysia, kata Sharuddin juga memberikan keuntungan tersendiri bagi produk lukisan tripleknya. Dia menceritakan, produknya pernah dipesan oleh seorang anak sultan Malaysia.
Tidak hanya itu, produknya juga pernah dipesan oleh turis asal Italia dan Rusia. Dengan begitu, produk Franky Gallery sudah tembus ke pasar internasional. Meskipun masih sedikit.
Dia berharap ke depannya Pemerintah Daerah Kabupaten TBK bisa memberikan fasilitas yang lebih lengkap lagi bagi pelaku usaha. Khususnya promosi produk pelaku usaha yang berada di wilayah perbatasan.
(hek/fdl)