Plt Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal menjelaskan, jumlah penumpang Garuda Indonesia secara grup mencapai 8,2 juta orang pada kuartal III-2019. Angka itu turun 20,6% dibandingkan periode yang sama di 2018 sebesar 10,3 juta orang.
"Karena adanya kenaikan harga tiket terjadi penurunan penumpang Garuda," ujarnya di kantor Garuda Indonesia, Tangerang, Jumat (27/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dilihat secara rinci, penurunan penumpang terjadi diseluruh lini usaha. Pada penerbangan domestik Garuda Indonesia tercatat turun 18,8% dari 5 juta orang menjadi 4 juta orang.
Sementara untuk penerbangan internasional juga terjadi penurunan 4,4%. Tercatat pada kuartal III-2018 jumlah penumpang internasional Garuda Indonesia 1,1 juta orang, kemudian turun menjadi 1 juta orang.
Penurunan penumpang juga terjadi pada anak usaha perusahaan, Citilink. Pada kuartal III-2018 sebanyak 4,2 juta orang, sedangkan di kuartal III-2019 sebanyak 3,1 juta orang.
"Tapi dari sisi Revenue kita bisa dapat lebih baik dari sebelumnya. Sejak beberapa bulan yang lalu kita sudah memberikan fleksibilitas untuk rute-rute yang tidak sibuk, kita sudah memberikan diskon sampai dengan 40%," tambahnya.
Memang dari sisi pendapatan usaha Garuda Indonesia Group mengantongi US$ 1,35 miliar di kuartal III-2019. Angka itu naik 10,3% dari periode yang sama di 2018 sebesar US$ 1,22 miliar.
Dari sisi laba bersih menurut catatan perusahaan juga naik signifikan 2.554% dari US$ 3,7 juta menjadi US$ 99 juta. Menurut Fuad kenaikan kinerja keuangan itu terjadi lantaran perusahaan melakukan efisien dan kenaikan tarif hingga mendekati tarif batas atas (TBA) yang ditentukan pemerintah.
Saat ini untuk rata-rata tarif tiket pesawat Garuda Indonesia berada di 85% TBA, sedangkan Citilink 70%.
"Dari 2016 Garuda hanya menjual 60% dari tarif range-nya. Citilink 30% di bawah. Sehingga secara rata-rata Garuda kenaikan harganya 25%, Citilink 40% setiap tahunnya," tuturnya.
(das/dna)