Banjir juga menggenangi Bekasi, Bogor, Depok sampai ke Tangerang Selatan. Menurut catatan Kementerian Sosial (Kemensos), tahun ini di kawasan Jabodetabek jumlah korban meninggal akibat banjir telah mencapai jumlah 21 orang. Selain itu hingga Rabu (1/1/2020) kemarin, posko banjir Jakarta mencatat jumlah pengungsi telah mencapai 31.232 orang.
Meski bukan hal yang baru, Banjir telah menjadi problematika yang belum bisa diselesaikan Jakarta selama berabad-abad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring dengan berjalannya waktu, Banjir kembali melanda Jakarta pada 1996 dan kala itu mengakibatkan 10 orang meninggal. Sejak itu, banjir di Jakarta terjadi semakin sering dan parah. Pada 2002 banjir kembali melanda ibu kota dan menewaskan 25 orang.
Berselang 5 tahun, pada 2007 Jakarta kembali digenangi air akibat hujan lebat yang mengguyur Jakarta pada 29 Januari - 2 Februari. Karenanya hampir 75% wilayah di ibu kota ini terendam air, ,membuat lebih dari 400.000 orang harus mengungsi dan menewaskan lebih dari 60 orang.
Banjir ini merupakan yang terburuk dalam tiga abad terakhir. Bahkan beberapa daerah di Jakarta telah benar-benar tenggelam karena ketinggian air mencapai 4 meter.
Kala itu, Jakarta tercatat mengalami kerugian hingga US$ 900 juta atau setara dengan Rp 8,2 triliun dengan kurs kala itu. Bahkan menurut estimasi dengan pendekatan lain, nilai kerugian yang diderita bisa mencapai Rp 21 triliun. Saat itu saja klaim asuransi akibat banjir mencapai US$ 140 juta atau setara dengan Rp 1,2 triliun dengan kurs kala tahun berlaku.
Setelahnya banjir besar kembali terjadi pada 2013. Jakarta kembali menjadi kolam air raksasa dengan ketinggian air di beberapa wilayah mencapai 2m - 5m, menyebabkan sebanyak 97.000 rumah dan 250.000 orang terkena dampaknya. Menurut kajian Bank Dunia, banjir saat itu menyebabkan kerugian ekonomi hingga mencapai US$ 490 juta atau setara dengan Rp 4,4 triliun kala itu.
Setelahnya hujan deras juga mengakibatkan banjir di Jakarta pada Januari 2014, dan sebanyak 23 orang dikabarkan meninggal. Di tahun yang sama, tepatnya pada bulan Mei dan November Jakarta kembali dilanda banjir lanjutan, meskipun pada Mei biasanya merupakan musim kemarau di Indonesia.
Karenanya banjir harus segera ditanggulangi Jakarta guna menghindari kerugian yang lebih besar. Bila tidak mampu ditanggulangi, menurut studi yang dilakukan oleh Nurul dan Heri (2017) kerugian ekonomi yang ditanggung dapat mencapai Rp 36 triliun pada 2027.
(ang/ang)