Ramalan Jakarta Tenggelam Mencuat Imbas Banjir Parah

Ramalan Jakarta Tenggelam Mencuat Imbas Banjir Parah

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 06 Jan 2020 07:33 WIB
Foto: Rifkianto Nugroho

Solusi Cegah Jakarta Tenggelam

Pendiri sekaligus Ketua Indonesia Water Institute (IWI) Firdaus Ali mengungkapkan solusi yang dapat diambil pemerintah agar bisa menjauhkan Jakarta dari ancaman tenggelam karena banjir.

Salah satu yang utama adalah koordinasi antar kementerian dan lembaga beserta pemerintah daerah dalam mengatasi banjir di Jabodetabek terlebih dahulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lakukan tindakan nyata di antaranya adalah lewat upaya-upaya pengelolaan terpadu dari hulu sampai ke hilir, terpadu lintas wilayah, lintas kementerian dan lembaga, lalu disinkorinisasikan, sinergikan, lakukan kolaborasi bersama untuk mengatasi resiko atau ancaman bencana banjir dan genangan ini," ujar Firdaus Ali kepada detikcom, Minggu (5/1/2020).

Adapun upaya-upaya yang dimaksud adalah berupa penanganan di hulu dengan dua pendekatan.


"Pendekatan non struktural dan struktural," sambungnya.

Penanganan non struktural menurut Firdaus ialah salah satunya berupa penghijauan kembali lahan-lahan di bangunan tanpa izin mendirikan bangunan (IMB).

"Regulasi diperketat, terkait misalkan dengan konversi lahan. Villa-villa atau bangunan yang tidak punya izin IMB kita bongkarin, kita hutankan kembali," imbuhnya.

Lantas, penanganan struktrul dapat berupa pemeliharaan sungai dan prasarana sungai yang mencakup tindakan preventif dan rehabilitative seperti pemeliharaan bangunan sungai, pemeliharaan pos dan alat pemantau kondisi hidrologi, hidroklimatologi dan kualitas air dan pemeliharaan dataran banjir dan pengendalian pemanfaatan dataran banjir.

"Yang sifatnya struktural kita harus membuat waduk retensi untuk menahan sejumlah air kira-kira 10 jam lamanya, sehingga dia tidak tertumpah langsung ke hilir Jakarta dan sekitarnya. Waduk retensi ini seperti yang tengah dibangun yaitu bendungan kering Ciawi dan Sukamahi," terangnya.

Terakhir adalah normalisasi di 13 daerah aliran sungai (DAS) DKI Jakarta. Adapun ketigabelas DAS itu meliputi Sungai Mookervaart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Krukut, Grogol, Kali Baru Barat, Sungai Ciliwung, Kali Baru Timur, Sungai Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Sungai Jati Kramat, dan Kali Cakung.

"Kali ciliwung ini adalah sungai yang paling besar yang memberikan ancaman banjir terhadap wilayah ibu kota termasuk wilayah elite. Sehingga yang sudah disepakati oleh Pemprov DKI sebelumnya dengan Kementerian PUPR untuk melakukan normalisasi sepanjang 33,69 km dari jembatan TB Simatupang sampai Manggarai sudah tepat," tutupnya.


(ang/ang)

Hide Ads