Natuna: 'Diintai' China, Digarap Jepang dan AS

Natuna: 'Diintai' China, Digarap Jepang dan AS

Hendra Kusuma - detikFinance
Minggu, 12 Jan 2020 08:41 WIB
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat


Dalam pertemuan itu, Jokowi menawarkan langsung kepada Toshimitsu Motegi untuk berinvestasi di Natuna. Investasi yang ditawarkan adalah melanjutkan pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di sana.

"Yang Mulia, Jepang adalah salah satu mitra utama Indonesia. Dan saya tahu, setelah ini yang mulia akan melakukan pertemuan dengan menteri luar negeri Indonesia membahas kerja sama bilateral secara lebih detail," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (10/1/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun izinkan saya, menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan prioritas Indonesia terkait dengan Jepang. Yang pertama, di bidang investasi. Saya ingin mengajak Jepang untuk melakukan investasi di Natuna," jelas dia.

Kekayaan alam yang tersimpan di Natuna begitu banyak. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang diterima detikcom, Cumi-cumi menjadi komoditas laut dengan potensi hasil paling banyak. Setidaknya ada 23.499 ton potensi cumi-cumi per tahun di Natuna.

"Di datanya itu, potensi per tahunnya lobster ada 1.421 ton, kepiting, 2.318 ton, rajungan 9.711 ton. Cumi-cumi paling banyak nih, dia ada 23.499 ton per tahun," ungkap Plt. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan Aryo Hanggono kepada detikcom, Sabtu (4/1/2020).

Beberapa jenis ikan di Kabupaten Natuna, yang potensial untuk dikembangkan antara lain ikan dari jenis kerapu-kerapuan, tongkol krai, teri, tenggiri, ekor kuning/pisang-pisang, selar, kembung, udang putih/ jerbung, udang windu, kepiting, rajungan, cumi-cumi, dan sotong.

Tidak heran jika kapal asing sering wira-wiri ke Natuna. Selain China, puluhan ribu kapal dari Malaysia, Thailand, Vietnam juga dikabarkan pernah 'singgah' di Laut Natuna.

Sedangkan untuk investasi yang akan ditawarkan juga cukup banyak di sektor kelautan dan perikanan. Juru bicara KKP Miftah Sabri bilang ada beberapa proyek sektor kelautan dan perikanan yang sudah disepakati guna memperkuat kerja sama dengan Jepang dan AS.

Khusus untuk Jepang, di antaranya proyek pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) fase 2, pembangunan pelabuhan dan pasar ikan, peningkatan kapasitas untuk nelayan, pengawasan perikanan khususnya re-hibah kapal, pengembangan pariwisata, dan sektor energi.

"Amerika hampir sama. Ditambah dengan riset kelautan, konservasi alam dan oseanografi," jelas Miftah.

Selain itu, berdasarkan data KKP, ada tujuh pulau terluar yang pariwisatanya bisa dikembangkan. Pertama, Pulau Sekatung, Pulau Sebetul, Pulau Semiun, Pulau Tokongboro, Pulau Kepala, Pulau Subi Kecil, dan Pulai Senua.

Adapun ketujuh pulau terluar ini berbatasaan langsung dengan Malaysia dan Vietnam. Dari ketujuh pulau ini, ada empat pulau yang sudah disertifikasi hak pakai oleh KKP. Pertama Pulau Sekatung dengan luas hak pakai 4.355 m², Pulau Sebetul dengan luas hak pakai 1.918 m², Pulau Tokongboro dengan luas hak pakai 1.304 m², dan Pulau Subi Kecil dengan luas hak pakai 8.964 m².


Natuna: 'Diintai' China, Digarap Jepang dan AS

(hek/zlf)

Hide Ads