Menurut Alamsyah penyebab turunnya omzet terjadi bukan karena adanya penjualan online, melainkan karena cuaca yang tak menentu.
"Bukan karena dagangan online sih, itu mah nggak ngaruh, kan orang masih suka liat barangnya langsung. Lebih ngaruh itu karena belakangan hujan terus dan kadang banjir, orang-orang pada enggan berbelanja ke pasar, kan becek dan kotor," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, penjualan sampai saat ini masih tersisa sekitar 40% sejak pertama dijajakan awal bulan lalu.
"Masih banyak sisa, terutama yang shio-shio itu, kalau aksesoris kayak gantungan, kalau kalau enggak habis masih bisa disimpan, tapi kalau yang shio-shio mana bisa, tiap tahun kan shionya ganti-ganti," ungkapnya.
Demikian pula dengan Wijaya yang mengeluhkan hal serupa.
Akan tetapi, dagangan Wijaya cukup laku dan nyaris habis terjual. Pasalnya ia tak menjual dalam jumlah banyak.
"Mungkin karena punya saya ini cuma kios kecil jadi ya cepat juga ngabisinnya, lagi pula saya enggak banyak jual yang shio-shio karena kalau enggak habis kan enggak bisa dijual lagi tahun-tahun berikutnya, jadi jual yang paling awet aja barangnya, yang bisa disimpan kalau tidak abis," tuturnya.
Adapun pernak-pernik yang paling laku terjual oleh para pedagang di sana adalah berupa lampion, amplop angpau, stiker fuk fu hoki, dan pohon mei hua.
lanjut ke halaman berikutnya