Waspada! Ekonomi RI Diserang Wabah Corona hingga Brexit

Waspada! Ekonomi RI Diserang Wabah Corona hingga Brexit

Soraya Novika - detikFinance
Minggu, 02 Feb 2020 06:39 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan hingga menembus rekornya selama satu tahun belakangan ini. Nilai tukar rupiah tembus level Rp 9.849/US$, pada Senin (27/5/2013) kemarin. file/detikfoto
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Awal tahun ini, berbagai peristiwa bersejarah di dunia terjadi secara bersamaan. Mulai dari resminya Britania Raya (Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara) dari Uni Eropa (UE) atau dikenal dengan istilah Brexit.

Ditambah penyebaran virus baru bernama novel coronavirus (2019-nCoV) atau singkatnya disebut virus Corona yang merebak dari Wuhan, China dan menelan hingga 259 korban jiwa saat ini.

Kedua fenomena itu disebut-sebut turut membawa dampak tak langsung terhadap perekonomian Indonesia.

Lantas, seperti apa dampak dari masing-masing peristiwa bersejarah itu terhadap ekonomi kita?

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai bila wabah ini tak juga dapat segera ditangani, bakal berdampak para penurunan realisasi investasi China ke Indonesia.

"Kalau kemudian 1 bulan 2 bulan ini wabah corona ini tidak mampu diselesaikan oleh internal atau pemerintah China, maka secara tidak langsung akan berdampak pada realisasi investasi dari China," ujar Bahlil ditemui di Gedunf Balairung Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (1/2/2020).

Akan tetapi, sejauh ini menurut Bahlil belum terjadi perubahan terkait realisasi investasi China ke RI. Realisasi investasi China hingga Januari 2020 tercatat masih stabil bahkan sempat meningkat tajam di 2019.

Untuk diketahui, sepanjang 2019 lalu, realisasi investasi China ke RI justru mengalami peningkatan tajam mengalahkan Jepang.

Peningkatan tersebut terjadi karena China agresif untuk menerima banyak proyek pembangunan serta sektor usaha yang prospektif di Indonesia. Realisasi investasi dari China ke Indonesia di 2019 naik 100% yaitu mencapai US$ 4,7 miliar atau setara Rp65,8 triliun dengan kurs Rp14.000.

Dengan begitu, posisi realisasi investasi China ke Indonesia saat ini berada di urutan kedua setelah Singapura yang masih unggul dengan realisasi investasi yang mencapai US$ 6,5 miliar atau setara Rp 91 triliun.

Disusul dengan realisasi investasi di urutan ketiga yaitu Jepang senilai US$ 4,3 miliar dolar AS atau setara Rp 60,2 triliun. Hong Kong US$ 2,9 miliar atau Rp 40,6 triliun dan Belanda US$ 2,6 miliar dolar AS atau Rp 36,4 triliun.

Sebelumnya, selama 2018, realisasi investasi dari China hanya sebesar US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 33,6 triliun.

Meski mengalami kenaikan hingga 2 kali lipat, Bahlil tetap khawatir, wabah virus Corona ini dapat membuat para investor China memundurkan jadwal pembangunan proyek yang sudah disepakati, sehingga berpotensi menjadi proyek investasi mangkrak.

"Yang kita takutkan adalah jangan sampai, mereka yang baru dapatkan izin, katakanlah baru mau groundbreaking di bulan Februari, malah bisa terhambat. Tapi sampai sekarang belum ada laporan resmi bahwa mereka akan melakukan pengunduran, sehingga kita harap itu tidak terjadi," pungkasnya.

Lalu bagaimana dengan Brexit?

Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam menilai masa transisi Inggris pasca-Brexit justru akan menimbulkan ketidakpastian terhadap perekonomian dunia.

"Kesepakatan lebih lanjut dari Brexit itu belum dipastikan. Ya seperti apa posisi dari UK itu setelah Brexit. Bagaimana posisinya, bagaimana hubungannya dengan perekonomian Eropa. Kesepakatan-kesepakatan itu belum final. Yang sudah disepakati itu Inggris ke luar dari Eropa. Tapi bagaimana keluarnya itu belum disepakati. Mekanisme seperti apa.Itu lah yang menimbulkan ketidakpastian," kata Piter kepada detikcom, Sabtu (1/2/2020).

Selain itu, menurutnya lalu lintas perdagangan, tenaga kerja, pelajar, dan sebagainya akan terganggu. Pasalnya, di bawah aturan UE, warga UK bebas bepergian ke Benua Eropa itu tanpa harus memiliki visa. Begitu juga dengan bebasnya pergerakan modal, barang, dab jasa.

Atas ketidakpastian ini, menurut Piter akan mengarah kepada sentimen negatif atas perekonomian dunia. Ia bahkan mengungkapkan, banyak perusahaan internasional yang memindahkan markasnya dari Inggris ke Eropa. (das/dna)


Hide Ads