Tingkat inflasi China pada Januari 2020 lalu meroket tinggi. Berdasarkan catatan dari otoritas setempat, inflasi ini bahkan jauh mengalahkan ramalan para analis.
Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan indeks harga konsumen (CPI) naik 5,4% dari bulan sebelumnya sebesar 4,5%. Inflasi ini pun menciptakan rekor sebagai yang tertinggi dalam delapan tahun terakhir atau sejak Oktober 2011 lalu.
Hal tersebut didasari karena harga makanan secara keseluruhan melonjak 4,4% bulan ke bulan yang mengangkat indeks sebesar 0,96 poin persentase. Akibatnya, harga daging babi juga melonjak 116%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingginya inflasi ini juga dipengaruhi oleh banyaknya permintaan selama tahun baru imlek yang ditambah adanya wabah virus corona yang telah menumbangkan aktivitas ekonomi China.
Ekonom Oversea Chinese Banking Corporation di Singapura Tommy Xie mengatakan menyebarnya virus corona telah mengubah permintaan dan penawaran di China, dengan pasokan berada di level rendah kecuali sektor kesehatan dan permintaan juga turun.
"Harga kemungkinan akan terus meningkat karena pasokan yang lemah, dan China kemungkinan akan mengekspor tekanan inflasi global karena permintaan akan turun lebih cepat daripada pasokan China," ujar Tommy dikutip South China Morning Post, Senin (10/2/2020).
Sebagai informasi, jumlah korban meninggal dunia akibat virus corona kian bertambah. Kini korban jiwa akibat virus tersebut sudah mencapai 902 orang. Jumlah korban jiwa melonjak menjadi 902 orang setelah Hubei melaporkan ada 91 kematian baru.
Dalam laporan hariannya, komisi kesehatan Hubei juga mengkonfirmasi 2.618 kasus baru di pusat provinsi, di mana wabah tersebut muncul pada Desember 2019 lalu. Saat ini sudah ada lebih dari 39.800 kasus yang terkonfirmasi di seluruh China.
Baca juga: Perangi Corona, China Sudah Habis Rp 86 T |
(eds/eds)