Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Edhy Prabowo berkunjung ke Hobart, Tasmania. Tujuannya, mencari tahu cara Australia budi daya lobster.
Australia merupakan negara yang masuk sepuluh besar pengembang lobster terbaik di dunia. Pada kunjungan kali ini, Edhy ditemani para eselon satu dan staf khusus.
Rombongan itu terdiri dari Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. KKP Nilanto Perbowo, Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, dan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja.
Selain itu hadir juga Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin, Penasihat Menteri KKP Rokhmin Dahuri, Wakil Ketua Bidang Sinergi Dunia Usaha KP2-KKP Agnes Marcellina Tjhin, dan Ketua KP2-KKP Effendi Gazali. Konsul Jenderal Melbourne Victoria Spica Alphanya Tutuhatunewa mengawal kunjungan tersebut.
"Kami memang melakukan perjalanan khusus ke Hobart, Tasmania, mengunjungi Universitas Tasmania salah satu jurusannya di IMAS (Institute for Marine and Antarctic Studies. Jadi ini yang ingin kami tahu adalah mendalami tentang bagaimana sektor perikanan kita bisa secara berkelanjutan, di sini ternyata sudah banyak yang mereka teliti, jadi bagaimana caranya menangkap ikan, bagaimana cara penghitungan ikan, termasuk bagaimana cara budidaya," katanya di pusat riset kelautan Universitas Tasmania, Hobart, Tasmania, Kamis (27/2/2020).
Ia mengaku senang dapat kesempatan melihat bagaimana Australia mengembangkan lobster. Menurutnya, Australia sudah 20 tahun mengembangkan lobster dan sudah berhasil.
"Jadi lobster ini bisa dilakukan budidaya secara langsung dari telur sampai kepada benih yang bisa ditebar ke alam. Jadi saya pikir ini kemajuan, selama ini memang belum ada yang bisa melakukan budidaya seperti itu, di Indonesia budidaya hanya beberapa hari tapi ini sampai selesai sampai dia bisa dikembangbiakkan," jelasnya.
Edhy menambahkan, tingkat keberhasilan budidaya lobster Australia sudah mencapai 25%, sehingga Indonesia bisa meniru cara negeri jiran tersebut.
"Indonesia harus bisa belajar. Apalagi lobster adalah salah satu komoditas yang masih dimakan oleh orang kaya, nah ini yang harus kita kembangkan dan ini harus kita dorong," ujarnya.
"Salah satunya adalah bagaimana melakukan budidaya secara sustainable efektif efisien, dan bagaimana melakukan penangkapan ikan juga supaya ramah lingkungan," tambahnya.
Saat ini, Indonesia belum bisa melakukan budidaya karena ada larangan di Peraturan Menteri (Permen) Nomor 56 Tahun 2016, tentang Larangan Penangkapan dan atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan dari Indonesia. Edhy sendiri berniat merevisi Permen yang dirilis oleh menteri KP sebelumnya, Susi Pudjiastuti.
(ang/hns)